Liputan6.com, Jakarta Selain memiliki anekarupa keindahan alam, Jawa Timur juga dikenal sebagai wilayah dengan persinggungan berbagai kerajaan di nusantara. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyak ditemukannya berbagai bangunan dan benda dari masa kedinastian, seperti candi dan arca.
Arca Jogo Dolog merupakan salah satu benda cagar budaya peninggalan zaman kedinastian di Nusantara yang hingga masih bisa ditemukan di Jawa Timur. Saat tim Liputan6.com berkunjung, yang ditulis pada Rabu (9/9/2015), arca ini tersimpan di tengah pemukiman warga, tepatnya di Jalan Taman Apsari, Genteng, Surabaya.
Menempati lahan kecil di antara dua pohon beringin tua, Arca Jogo Dolog oleh para peneliti sejarah nusantara dikenal dengan Arca Buddha Mahasobya, yaitu arca perwujuduan Prabu Kertanegara, raja dari Singasari.
Advertisement
Sugianto, penjaga situs Arca Jogo Dolog, saat ditemui tim Liputan6.com mengungkapkan, “Nama Jogo Dolog itu berasal dari bahasa Jawa, Jogo artinya jaga, sedangkan dolog itu artinya kayu. Kaitan antara kayu dan arca Buddha Mahasobya itu adalah arca tersebut ditemukan di atas sebidang tanah di Trowulan yang ditumbuhi oleh kayu jati.”
Lebih jauh Sugianto menjelaskan, setelah ditemukan arca tersebut kemudian dipindahkan pada sekitar tahun 1827 oleh Residen de Salls dari Belanda ke Surabaya, dan ditempatkan di Taman Apsari hingga saat ini.
Namun ada versi lain yang juga mengungkap asal-muasal dari Arca Jogo Dolog. Arca yang diperkirakan dibuat pada 1121 Ska atau sekitar 1289 Masehi ini awalnya tidak berada di Trowulan, melainkan berasal dari potongan Candi Jawi di Malang. Pemindahan hingga sampai ke Taman Apsari konon dilakukan oleh seorang raja Majapahit.
Terlepas dari dua versi sejarah tersebut, Arca Jogo Dolog sesungguhnya menyimpan sekelumit cerita mengenai kebesaran dan kejayaan Nusantara pada masa kedinastian. Hal ini tergambar dari tulisan yang berbentuk syair yang terdapat di badan arca.
Syair yang ditulis menggunakan bahasa Sansekerta, dengan menggunakan huruf Jawa Kuno, dan terdiri dari 19 bait ini menceritakan tentang persoalan pembagian kerajaan Jawa menjadi Jenggala dan Panjalu. Pembelahan kerajaan yang dilakukan oleh pendeta tinggi bernama Mpu Bharadah ini merupakan ekses dari adanya perebutan kekuasaan di antara putera mahkota.
Dibuatnya Arca Jodo Dolog ini dimaksudkan untuk menghormati Raja Singasari yang bijaksana dan mempunyai pengetahuan yang baik di bidang hukum, s erta pandai dalam dharma dan sastra. Cita-cita luhur Raja Singasari adalah ingin mempersatukan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantar melalui ekspedisi Palamayu. Hal ini dilakukan untuk membendung pengaruh kerajaan Mongol di kawasan Asia Tenggara.
Bentuk penghormatan tersebut kemudian diwujudkan melalui arca yang dibuat menyerupai raut muka yang teduh, dan tangan yang membentuk sikap bhumisparsamudra, telapak tangan kiri tertutup seolah ingin menyentuh bumi. (Ibo)