Sukses

Bengkulu Bicara Soal Penyelamatan Puspa Langka

Bengkulu menggelar simposium internasional penyelamatan puspa langka.

Liputan6.com, Bengkulu Para peneliti dan akademisi dari 8 negara menggelar simposium internasional penyelamatan puspa langka di Kota Bengkulu selama 3 hari, yakni pada 14-16 September 2015.

Bengkulu ditunjuk sebagai tuan rumah simposium pertama bidang hayati ini, karena didaerah ini merupakan rumah bagi 2 flora atau puspa langka di dunia yaitu Rafflesia Arnoldi dan Amorphopalus Titanium (bunga bangkai).

Deputi bidang Ilmu Pengetahuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Enny Sudarmonowati, mengatakan bahwa Indonesia memiliki reputasi sebagai negara dengan megadiversity yang menyimpan 10% keanekaragaman hayati dunia. Hutan di Pulau Sumatra bahkan menjadi rumah bagi Rafflesia Arnoldi dan Amorphopalus Titanium.

Saat ini kedua puspa langka itu dalam kondisi diambang kepunahan. "Tidak banyak waktu lagi bagi para ahli botani untuk menyelamatkan kedua jenis puspa ini, forum ini akan membangun perspektif penyelamatan dan menghimpun kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan para pemerhati lingkungan," jelas Enny di Bengkulu (15/9/2015).

Kepala pusat konservasi tumbuhan Kebun Raya Bogor,Didik Widyatmoko, menyatakan bahwa keberadaan puspa langka sangat memerlukan dukungan berbagai pihak terutama dunia internasional. Juga harus ada model yang tepat agar ancaman kepunahan kedua puspa langka yang menjadi Ikon Bengkulu yaitu Rafflesia Arnoldi dan Amorphopalus Titanium ini tidak salah dalam penanganan.

"Penyelamatan kedua flora ini harus fokus dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan konservasi," tegas Didik. Peneliti dari Chinesse Academy of Sciences Prof Huang Hongwen menyatakan bahwa negeri tirai bambu telah berhasil mengembangkan dan melestarikan beberapa jenis puspa langka yang masuk dalam kategori biodiversity.

Salah satu keberhasilan konservasi Tiongkok adalah cagar alam di negara tersebut tidak hanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem tetapi juga meningkatkan ketahanan sosial dan keseimbangan ekonomi kawasan. “Kuncinya adalah penelitian biodiversity yang terintregasi dengan program pemerintah,” tegas Prof. Huang.


(Yuliardi Hardjo Putra)

 

Video Terkini