Liputan6.com, Jakarta Dalam rangkaian acara peringatan Hari Batik Nasional yang jatuh tiap 2 Oktober, Bakti Budaya Djarum Foundation bersama Miranti Serad Ginanjar, Pembina Batik Kudus, meluncurkan sebuah buku bertajuk “Batik Kudus The Heritage”. Buku ini menceritakan Batik Kudus sebagai salah satu bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
“Diharapkan buku ini dapat menjadi inspirasi bagi pecinta wastra Indonesia dan dapat mengajak masyarakat untuk lebih mengenal Batik Kudus yang merupakan bagian dari batik pesisir dan sejarah batik di Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Seperti dikutip dari rilis media yang diterima Liputan6.com, batik Kudus yang berasal dari utara pulau Jawa ini telah populer sejak era Sunan Kudus di abad ke-16. Pada era Sunan Kudus (Syekh Jafar Shodiq), Batik Kudus berpusat di Langgar Dalem dan dikenal dengan motif Langgar Dalem yang kental dengan sentuhan Islam.
Advertisement
Pada masa itu, semua wanita di Langgar Dalem dapat membatik demi memenuhi kebutuhan pakaian masyarakat sekitar. Setelah masa Sunan Kudus, sekitar tahun 1920an hingga 1930an, Batik Kudus mengalami asimilasi dengan kebudayaan Tiongkok.
Muncul nama seniman seperti Liem Boe In yang memberikan warna baru pada motif Batik Kudus. Pada tahun 1950an seniman Tionmgkok lainnya seperti Liem Boen Gan, Kwe Suiauw, Ok Hwa, dan Gan Tjioe Gwat muncul memberi ide-ide baru dalam motif Batik kudus.
“Sebagai pembina Batik Kudus, tentu saya merasa bangga batik yang selama ini kami lestarikan kini semakin dikenal masyarakat. Dengan adanya peluncuran Buku Batik Kudus The Heritage ini kami ingin berbagi cerita Batik Kudus secara mendalam dari masa ke masa, dari sisi sejarah dan perkembangannyanya,” tutur Miranti Serad Ginanjar pada peluncuran buku.
(bio/igw)