Liputan6.com, Jakarta Kakak beradik Gina Pearson dan Keith Dupree sempat tinggal bersama ibu dan saudara mereka di Runnemede, New Jersey, sekitar 18 tahun yang lalu. Namun akibat tuduhan kelalaian, orangtua kandung mereka harus kehilangan hak asuh pada tahun 1997 yang menyebabkan anak-anaknya harus ditempatkan di rumah orangtua asuh yang berbeda.
Mereka semua telah melewati seluruh sistem keluarga asuh, Pearson sendiri telah tinggal di lebih dari 30 rumah orangtua asuh. Namun, hanya dua di antara rumah-rumah tersebut yang pernah ia tinggali bersama Dupree dalam waktu yang singkat.
Baca Juga
“Saya selalu memikirkan Keith ketika kami terpisah. Saya selalu bertanya-tanya bagaimana sekolahnya, apa saja yang ia lakukan, apakah dia akan lulus, siapa saja temannya, atau apakah ia telah memiliki pacar. Saya dikelilingi oleh ketidaktahuan dan sangat-sangat ingin mengetahui kabar saudara saya," ungkap Pearson (24).
Advertisement
Pada tahun 2005, mereka sempat bertemu ketika Pearson menghadiri pesta adopsi saudara kandungnya. Ia telah diadopsi oleh seorang wanita tua yang berasal dari Vineland, New Jersey. Pearson juga baru-baru ini diadopsi oleh keluarga yang tinggal hanya 45 menit dari rumah asuh saudara kandungnya.
Sayangnya reuni tersebut bukanlah momen manis seperti yang seharusnya mereka rasakan setelah sekian lama tidak bertemu. “Pertemuan itu terasa begitu aneh dan canggung ketika keluarga baru Gina muncul. Keluarga baru saya adalah orang Afrika-Amerika, sedangkan keluarga Pearson adalah orang Kaukasia,” jelas Dupree (23). “Jadi, untuk beberapa waktu kita belum pernah bertemu lagi karena kami berdua merasa aneh.”
Kampus Jadi Rumah Pertemuan Pearcon dan Dupree
Enam tahun kemudian, mereka kembali berhubungan dan kali ini untuk selamanya. Mereka sama-sama berkuliah di Universitas Rutgers tetapi di gedung kampus yang berbeda. Pearson mengundang Dupree untuk menghadiri sebuah acara di kampus New Brunswick, New Jersey, melalui pesan Facebook.
“Saya tahu bahwa dia baru saja memulai kuliah di Rutgers karena kita juga berteman di Facebook, jadi saya sangat bersemangat dengan kemungkinan akan bertemu dengannya,” ungkap Pearson. “Ketika ia tiba, kami langsung berlari dan berpelukan satu sama lain dan tinggal di tempat acara untuk waktu yang lama. Kami pun mulai bercanda dan bercerita banyak. Rasanya seperti kembali ke masa ketika kami masih berusia tujuh tahun.”
Kini, mereka dapat bertemu dan berhubungan setiap hari, tempat tinggal mereka pun hanya terpisah 10 menit saja. Dilansir dari Womens Day, Minggu (01/11/2015), mereka juga memiliki julukan satu sama lain, saling mengganggu, dan bahkan sering cekcok seperti kebanyakan kakak beradik. Pearson bahkan dipindahkan dari Kampus Camden ke New Brunswick, di mana ia sedang mengejar gelar masternya di bidang pekerja sosial, sedangkan Dupree mengambil jurusan lingkungan dan ekonomi bisnis.
“Dia adalah sahabat dan orang yang dapat saya andalkan untuk segala hal,” kata Pearson. “Saya tidak pernah memiliki orang yang saya percaya sebelumnya, karena saya selalu berjuang melawan masalah kepercayaan dari pengalaman masa lalu saya. Tapi saya tahu dia bisa memahami saya di tingkat yang berbeda apa pun masalahnya karena dia adalah saudara saya.”
Kakak beradik ini tidak memiliki kontak dengan keluarga kandungnya yang lain. Ibu mereka dulunya adalah seorang pecandu narkoba yang meninggal di tahun 2008, dan mereka juga tidak mengetahui di mana ayah mereka sekarang. Mereka juga kehilangan kontak dengan kedua s kakak karena rasa cemburu terhadap pendidikan yang mereka peroleh. “Akan lebih mudah bagi saya dan saudara saya untuk menjauh dari masa lalu,” jelas Pearson.
Mereka kini lebih fokus untuk saling membantu satu sama lain dalam mengejar impian mereka untuk masa depan. “Bagi siapa pun yang memiliki saudara, bayangkan jika dalam waktu sehari mereka tidak ada di samping kalian, dan yang kalian inginkan adalah untuk kembali bersama mereka. Kemudian besoknya Anda berhasil menemukan orang tersebut. Coba bayangkan bagaimana rasanya,” tutur Dupree. “Dulu rasanya sungguh mengerikan, tapi sekarang rasanya sudah jauh lebih baik,” tandasnya. (Chiptania Manggalawati/Nad)
Advertisement