Liputan6.com, Buku yang berjudul “Riwayat Singkat Sam Poo Tay Dhien” mengungkap, dahulu kawasan Simongan berada di tepian laut. Namun karena laut utara jawa sering terjadi pendangkalan yang diakibatkan sedimentasi, lama-kelamaan daratan di sekitarnya semakin meluas. Daratan inilah yang dipercaya sebagai petilsan Laksamana Cheng Ho dan armadanya saat merapat di Semarang.
Untuk menghormati dan mengenang sosok Laksamana Cheng Ho yang arif dan bijaksana, tepat di tempat petilasannya dibangun kelenteng bernama Sam Poo Kong. Berada di arah barat daya dari Tugu Muda Semarang, atau tepatnya di jalan Simongan, Semarang, Jawa Tengah, Kelenteng Sampoo Kong berdiri di atas lahan seluas sekitar 2 hektar.
Advertisement
Juned, pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia saat ditemui Liputan6.com, Rabu (12/11/2015) menuturkan, Kelenteng Sam Poo Kong terdiri dari beberapa bangunan yang sebagian besar baru selesai dipugar. Beberapa bangunan tersebut antara lain, bagian utama, yaitu Kelenteng Besar Sam Poo Kong, Kelenteng Tho Tee Kong, dan empat tempat penghormatan kepada Kyai Juru Mudi, Kyai Kangkar, Kyai Cundrik Bumi, dan Kyai Tumpeng.
“Kuatnya akulturasi ajaran Tao dan Confusionisme yang kemudian membuat petilasan laksamana Cheng Ho ini menjadi kelenteng dan tempat ibadah bagi penganut kepercayaan Tao, Buddha, Confusionisme. Bahkan beberapa kepercayaan menganggap Cheng Ho sebagai Dewa yang dipuja, karena ada keyakinan bahwa orang yang sudah meninggal mampu memberikan pertolongan,” ungkap Juned menambahkan.
Pengaruh muslim kental terasa pada beberapa bagian kelenteng, seperti diungkapkan Juned, “Kelenteng Sam Poo Kong berbeda dengan kelentang pada umumnya, jika kelenteng didominasi warna merah, Kelenteng Sam Poo Konh juga dipenuhi warna hijau. Warna ini merupakan representasi dari pengaruh islam, selain juga beduk yang terdapat di bangunan utama kelenteng.”
Bagian yang menarik lainnya yang ada di Kelenteng Sam Poo Kong adalah patung Laksamana Cheng Ho yang dibangun dengan tinggi mencapai 17 meter, dan dibuat menggunakan bahan baku perunggu.
Bagi pengunjung yang percaya, di kelenteng ini Anda bisa mengikuti ritual Ciamsi yang dibimbing oleh seorang biokong. Ciamsi merupakan ritual meramal nasib dan masa depan seseorang menggunakan media bambu. Bambu yang dikocok akan jatuh dan menggambarkan nasib baik atau buruk yang akan dialami seseorang yang diramal.
“Mengingat Ciamsi merupakan salah satu ritual, bagi yang mengikutinya harus punya kemantapan hati. Namun percaya atau tidak terhadap hasil ramalan, hal itu dikembalikan kembali pada orang yang diramalnya sendiri,” ungkap Juned menambahkan.
Kelenteng Sam Poo Kong sebagai salah satu destinasi wisata sejarah di Semarang menawarkan anekarupa aktivitas wisata. Bahkan tak hanya itu, kelenteng ini juga sejak lama menjadi simbol bagi keragaman budaya di Semarang yang perlu dilestarikan. Pasalnya keragaman alam dan budaya merupakan salah satu pesona Indonesia.
Ikuti terus perjalanan tim Liputan6.com bersama Indonesia.travel menjelajahi Pesona Indonesia.