Liputan6.com, Lombok Selain terkenal dengan kain tenunnya, Lombok juga menjadi salah satu penghasil kerajinan gerabah unggulan di Indonesia. hal tersebut dibuktikan dengan adanya desa Banyumulek, yaitu sebuah desa yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pembuat gerabah.
Tidak ada data yang menunjukkan kapan pastinya desa Banyumulek memulai Keahlian masyarakat Banyumulek dalam membuat gerabah didapat, namun yang pasti keahlian membuat gerabah didapat dari belajar secara turun temurun.
Gerabah Banyumulek mempunyai ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan produksi kerajinan gerabah pada umumnya. Ciri khas tersebut terlihat dari bentuk gerabah yang detail dan kaya akan ornamen. Tak hanya itu, Gerabah Banyumulek juga mempunyai keunggulan pada jenisnya yang banyak.
Advertisement
Syamsul Huda, salah seorang pengrajin gerabah Desa Banyumulek saat ditemui Liputan6.com, Kamis (17/11/2015) mengakui, keahlian masyarakat Banyumulek dalam membuat gerabah didapat secara turun temurun. Namun seiring dengan perkembangan waktu, kerajinan gerabah Banyumulek lebih bervariatif dan kaya akan sentuhan seni.
Lebih jauh Syamsul Huda menjelaskan, ada beberapa tahap dalam pembuatan gerabah. “Awalnya itu mengambil tanah di gunung Sasak. Setelah itu tanah dijemur dulu selama 24 jam, lalu dicampur dengan pasir, tujuannya ini biar tanah xlebih elastis. Setelah tanah dan pasir bercampur, masuk ke proses pembentukan, dan dibakar selama 2 sampai 4 jam.”
Lamanya pembuatan gerabah tergantung dengan ukuran dan ornamen yang menghiasnya. Sepuluh gerabah pajangan dinding ukuran kecil dapat dikerjakan dalam waktu sehari. Sedangkan gerabah berbentuk gentong besar berlapis kulit telur bisa menghabiskan waktu berhari-hari dalam pengerjaanya.
Ada banyak jenis gerabah yang ditawarkan, antara lain asbak, pajangan dinding, teko, bentuk komodo, hingga keramik guci, dan gentong dalam ukuran besar. Untuk menghasilkan efek gradasi pada gerabah, setelah dibakar, Syamsul menyemprotkan cairan biji asam yang telah direbus ke gerabah. Efek gradasi membuat gerabah Banyumulek terlihat lebih menawan dan artistik.
Sementara itu, Rahmatullah, pemilik toko Rismutika Astuti Art Shop mengakui, merintis usaha kerajinan gerabah dengan modal hanya Rp 900 ribu pada tahun 90-an, kini usahanya telah memiliki omzet hingga jutaan rupiah per bulan.
Dibanderol dengan harga yang bervariatif, mulai dari pulahan ribu hingga jutaan rupiah, hasil kerajinan gerabah milik Rahmatullah telah menembus pasar mancanegara, seperti Malaysia, Australi, dan Perancis.
“Tantangan yang kami hadapi sekarang adalah bagaimana caranya agar kerajinan gerabah Banyumulek mendapat perhatian promosi agar lebih dikenal di mancanegara,” ungkap Rahmatullah.
Keindahan gerabah Banyumulek telah membuktikan bahwa keragaman alam dan budaya merupakan salah satu pesona Indonesia. (ibo)