Sukses

Agenda Seru di Akhir Pekan: Gumelem Ethnic Carnival

Acara yang digagas masyarakat desa wisata Gumelem Kecamatan Susukan Banjarnegara ini akan menyuguhkan berbagai atraksi budaya.

Liputan6.com, Banjarnegara Festival Budaya Riau hingga Wisata Bahari MalukuAkhir pekan ini, Banjarnegara punya agenda Gumelem Ethnic Carnival. Gelaran yang digagas masyarakat desa wisata Gumelem Kecamatan Susukan Banjarnegara ini menyuguhkan berbagai atraksi budaya masyarakat setempat.


“Gumelem Ethnic Carnival (GEC) ini bukan parade busana seperti yang diselenggarakan di Jember, Solo, Banyuwangi, dan atau daerah lain,” kata Budhi Hermanto, penggagas acara ini, Senin (23/11).

Ia mengatakan, GEC merupakanm ruang apresiasi terhadap pelaku seni tradisi, pelestari kebudayaan, para pembatik, dan pelaku industri kreatif khususnya di Gumelem. Selain itu, GEC juga mengundang pelaku kreatif seni dari daerah lain di Indonesia untuk ikut meramaikan event kebudayaan 'ndesa' yang diselenggarakan oleh warga desa Gumelem Wetan dan Gumelem Kulon, Kecamatan Sususukan Banjarnegara.

Budhi mengatakan, GEC tidak hanya sebagai ruang apresiasi seni tradisi tetapi juga seni kontemporer dan modern dalam ragam bentuk dan wujud seperti pertunjukan seni tradisi, tari, musik, batik, kerajinan, seni instalasi, seni rupa, seni kriya, dan lain sebagainya. Terkait dengan potensi di Gumelem, baik di Gumelem Wetan maupun Gumelem sebagai desa yang menghasilkan kerajinan batik, event GEC secara khusus menampilkan produk-produk kerajinan batik tulis melalui peragaan busana batik oleh warga desa.

“GEC juga memberikan kesempatan pada pengunjung untuk terlibat dan mencoba ikut membatik dalam workshop khusus membatik yang digelar selama GEC berlangsung. Diakhir acara GEC, pengunjung akan diajak serta menikmati kuliner khas desa gumelem, sambil menyantapnya di tepi area persawahan di desa Gumelem,” katanya.

Juru bicara panitia GEC, Nurmansali mengatakan, panitia juga akan menggelar Keroncong Serayu dan Jazz Hujan. “Karena ini sudah memasuki musim penghujan, makanya kami namakan gelaran jazz di pedesaan ini sebagai jazz hujan,” katanya.

Ia mengatakan, pengunjung juga akan disuguhi tarian minta hujan yang dinamakan dengan ujungan. “Kalau lapar, nanti bisa makan makanan khas desa yang dinikmati di pinggir sawah,” katanya. (Aris Andrianto)