Liputan6.com, Surabaya Pada tahun 2016 ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur memiliki target sebanyak 50 juta wisatawan datang ke Jawa Timur untuk menikmati beragam destinasi wisata yang ada di Jawa Timur.
Baca Juga
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur Jarianto mengatakan bahwa, terget tersebut lebih banyak 10 persen dari target tahun 2015 yang mencapai 48 juta pengunjung. "Tahun lalu tercapai targetnya karena jumlah pengunjungnya mencapai 48,5 juta lebih, terutama wisatawan nusantara," ujar Jarianto kepada wartawan di Surabaya, Sabtu (16/1/2016).
"Sedangkan target untuk wisatawan mancanegara, diharapkan mampu mencapai 600 ribu orang lebih datang mengunjungi destinasi wisata di Jatim," imbuh Jarianto.
Advertisement
Jarianto menjelaskan bahwa setiap tahunnya, jumlah wisatawan dalam dan luar negeri mengalami peningkatan signifikan, pada tahun 2014 jumlah wisatawan domestik sebanyak 45,2 juta orang dan meningkat hingga 48,5 juta orang pada 2015.
"Dan jumlah wisatawan asing pada tahun 2014 mencapai 463 ribu orang, tahun berikutnya lebih dari 521 ribu orang lebih," lanjut Jarianto
Jarianto menambahkan bahwa semakin meningkatnya jumlah kunjungan membuktikan bahwa destinasi wisata di Jawa Timur mendapat pengakuan publik, terlebih pemandangan alam hingga wisata buatan yang ada disambut positif.
"Tingkat kesadaran pemerintah daerah juga sangat tinggi sehingga kekayaan alam yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan baik. Semoga ke depan semakin bagus," jelas Jarianto.
Jarianto menegaskan bahwa saat ini daerah sudah tidak lagi harus didorong terlebih dahulu, untuk menonjolkan potensi wisatanya dan berlomba meningkatkan objek dan destinasinya masing-masing.
Tidak itu saja, faktor yang menunjang tingginya tingkat pariwisata adalah program "digital marketing" atau pemasaran yang memanfaatkan teknologi informasi oleh pemerintah provinsi dan daerah.
Bahkan, pada April 2016 ditargetkan seluruh kabupaten atau kota di Jatim sudah memiliki program ini, ditambah pemanfaatan berbagai media sosial seperti website dan blog khusus pengembangan wisata setempat.
"Jangan dilupakan juga sosial media yang ada seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, WhatsApp, dan yang lainnya," pungkas Jarianto.