Liputan6.com, Jakarta - Dalam arsitektur sebuah rumah, atap memiliki peran penting untuk menjaga rumah dari terpaan panas dan hujan. Fungsi lainnya, adalah pembentuk identitas eksterior rumah itu sendiri. Tak heran jika atap turut andil dalam memperkuat desain sebuah bangunan.
Dalam membangun atap rumah hal yang perlu diperhatikan adalah konstruksinya. Harus dipastikan bahwa atap dalam kondisi kokoh dan tahan terhadap angin maupun hujan. Baik itu kolom dan balok penopang, rangka atap maupun material penutupnya.
Perhitungan yang tepat akan memastikan bahwa atap dapat bertahan selama puluhan tahun sesuai umur rumah.
Advertisement
Nah, untuk Anda yang tengah berencana membangun sebuah rumah baru, pemilihan bentuk atap juga harus dipikirkan secara matang.
Jangan sampai pola atap tak sesuai dengan desain eksterior maupun interior rumah yang hendak diusung. Inilah empat model yang bisa Anda tiru seperti ditulis Rumah.com pada Senin (8/2/2016)
Gable roof
Dikenal juga sebagai atap pelana, ini merupakan bentuk atap yang terbilang paling aman dan sederhana serta cocok dengan berbagai desain rumah di Indonesia. Dalam bahasa Banjar, atap ini dinamai balai laki yang merupakan bumbungan atap rumah menyerupai pelana kuda.
Atap ini populer di banyak rumah, karena ongkos membuatnya relatif murah dan pemeliharaannya cukup mudah. Keunggulan atap ini adalah lebih mudah dideteksi saat ada kebocoran, yang biasanya terjadi pada bumbungan yang merupakan satu-satunya sambungan pada atap.
Selain itu, atap pelana memiliki daya serap radiasi dan panas yang baik untuk digunakan di daerah tropis.
Kemiringan minimal atap pelana adalah 30 derajat. Tepi bawah atap tempat air hujan jatuh dinamakan tepi teritis. Air hujan bisa langsung jatuh ke tanah atau dibuatkan talang tepat di bawah teritis. Sementara pada kedua ujung tembok bangunan dibuatkan dinding sopi-sopi sebagai pengganti fungsi kuda-kuda.
Hip roof
Atap limas, perisai, atau hip roof, merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana yang terdiri dari dua bidang miring berbentuk trapesium. Dua bidang atapnya berbentuk segitiga siku-siku dengan kemiringan yang biasanya sama.
Jika dicermati, bentuk atap ini nampak lebih cantik dibanding atap pelana. Akan tetapi biaya mendesainnya lebih besar karena menggunakan rangka yang lebih banyak. Kekurangan lainnya yaitu risiko bocor, mengingat ada banyak sambungan saat merancangnya.
Namun bukan berarti atap perisai tak punya kelebihan. Dengan sudut 30 hingga 40 derajat pada bagian atapnya, bentuk ini mampu memberikan perlindungan terhadap dinding rumah bagian luar dari panasnya sinar matahari dan derasnya air hujan.
Risiko kerusakan struktur bangunan dapat diminimalisir, karena dapat membelokkan arah angin ke atas dengan sudut miringnya.
Atap sandar
Beberapa arsitek kerap menyebutnya atap sandar atau sengkuap. Model atap ini biasa digunakan pada bangunan tambahan seperti selasar, balkon, atau teras. Seiring berkembangnya arsitektur, atap sandar kini juga banyak digunakan pada rumah bergaya modern maupun minimalis. Biasanya atap ini digabungkan dengan atap pelana.
Tepi atas pada atap sandar biasanya menempel dengan tembok vertikal, atau disebut juga atap temple. Konstruksinya adalah setengah kuda-kuda atau dapat diganti dengan dinding sofi-sofi. Akan tetapi tak jarang ada juga perumahan baru yang menggunakan model atap ini sebagai atap utama. Sebut saja Pancanaka Green Leaf di Cibubur.
Atap datar
Yang terakhir adalah atap datar. Bentuk ini biasa diterapkan pada rumah-rumah modern kontemporer berbentuk segi empat atau kubus. Atap ini biasanya terbuat dari dak beton dengan konstruksi berupa balok beton dan plat beton.
Pola datar yang memanjang ke arah horizontal biasa dimanfaatkan sebagai ruang menjemur pakaian atau rooftop garden oleh beberapa pemilik rumah. Kendati demikian bentuk atap ini bisa memperbesar potensi kebocoran karena air hujan akan sulit mengalir ke bawah.
Namun hal ini dapat diakali dengan mendesain atap pada kemiringan tertentu, sehingga air hujan tidak tertahan.
Poin penting lain yang perlu diperhatikan dalam mendesain atap ini adalah memperhitungkan ruang sirkulasi udara di bawahnya, supaya suhu ruangan tidak terlalu panas. Atau dapat juga dengan melapisi dak beton dengan glasswooll (peredam panas berbahan serabut).
Foto: Akasha Jagakarsa
Â
(Fathia A/Ahm)