Sukses

Masyarakat Bali Mengarak Ratusan Ogoh-ogoh Jelang Nyepi

Ogoh-ogoh menjadi tontonan tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali saat Nyepi.

Liputan6.com, Jakarta Kepolisian Resor Kota Denpasar, Bali, mengerahkan sekitar 1.200 personel untuk mengamankan ritual Tawur Kesanga (penyucian alam semesta) dan pawai ogoh-ogoh (boneka raksasa) sehari menjelang Hari Raya Nyepi.

"Kami kerahkan sekitar 1.200 orang. Jumlah itu belum termasuk petugas rutin," kata Kepala Bagian Operasi Polresta Denpasar, Komisaris Polisi Nengah Sadiarta di Denpasar kepada Antara, Selasa (9/3/2016).

Sehari menjelang Nyepi atau disebut masa Pengerupukan diawali dengan ritual Tawur Kesanga dengan upacara Mecaru yang bertujuan untuk menyucikan alam semesta. Ritual itu digelar di sejumlah titik seperti di perempatan jalan dan titik strategis lainnya.

Umat Hindu terbesar dan terbanyak yang ada di Indonesia berpusat di Pulau Dewata Bali.

Pengerupukan kemudian dihiasi dengan pawai ogoh-ogoh yang diarak pada sore menjelang matahari terbenam. Sadiarta menjelaskan, sedikitnya di wilayah hukum Polresta Denpasar ada 11 titik sentral untuk arak-arakan ogoh-ogoh di antaranya di kawasan Tohpati, Catur Muka, dan Patung Kuda di Tuban, Kuta.

Untuk wilayah Kota Denpasar sendiri, lanjut dia, ada 861 ogoh-ogoh yang akan diarak. Sedangkan wilayah Kuta dan Kuta Selatan yang masih wilayah hukum Denpasar, terdapat 192 ogoh-ogoh sehingga total ada sekitar 1.053 ogoh-ogoh.

Ogoh-ogoh merupakan boneka yang dibuat sedemikian rupa dan menjadi simbolisasi dari unsur-unsur negatif. Awalnya ogoh-ogoh terbuat dari rangka bambu yang dilapisi kertas, namun seiring dengan perkemabangan zaman, kini banyak ogoh-ogoh yang juga dibuat dengan menggunakan bahan styrofoam, karena dianggap lebih mudah untuk menghasilkan bentuk patung tiga dimensi.