Liputan6.com, Jakarta Tak peduli seberapa banyak uang yang Anda punya, topik keuangan pasti pernah menjadi bahan pertengkaran Anda dan pasangan. Selain uang merupakan hal yang sensitif, menyatukan pendapatan dua orang,bukan hal mudah. Apalagi jika salah satu dari sebuah pasangan mempunyai pendapatan lebih tinggi. Dilansir dari Womenshealthmag.com,Selasa (15/3/2016), berikut enam kesalahan keuangan yang biasa terjadi pada pasangan muda, dan bagaimana cara mengatasinya.
Baca Juga
1. Mencoba memisahkan keuangan
Mungkin metode ini bermaksud melindungi kebebasan kita dalam mengatur pendapatan sendiri, namun setelah beberapa tahun keadaan akan berubah. Metode memisahkan tagihan ini membuat pertengkaran-pertengkaran kecil seperti siapa yang terakhir membayar belanja bulanan, atau siapa yang harus membayar bensin. Namun di saat kehidupan rumah tangga menjadi lebih lama, akan terdapat cicilan kartu kredit di atas nama Anda dan pasangan, atau cicilan kendaraan atas nama suami istri, yang pada akhirnya akan mengurangi pertengkaran siapa yang harus membayar apa. Dengan sharing account, akan mengurangi perdebatan-perdebatan kecil tentang uang, dan membuat Anda lebih terbuka dengan pasangan.
Advertisement
2. Menghabiskan uang atas nama cinta
Di tahun-tahun pertama pernikahan, rasanya bagaikan bulan madu yang indah sepanjang tahun. Di saat pasangan sedang bertugas ke luar kota, dengan spontan kita akan memberikan kejutan dengan hadir di sana. Atau jika pasangan tiba-tiba mengalami pindah tugas, dengan senang hati Anda berhenti bekerja dan ikut berpindah. Semua terasa indah berdua hingga datang tagihan-tagihan yang tak bisa dibayar akibat berkurangnya pendapatan. Memang gairah cinta sangat dibutuhkan suatu pernikahan, namun pastikan Anda juga memikirkan masa depan dengan matang. Jangan melakukan hal gegabah tanpa berpikir masak-masak, apalagi jika menyangkut tentang uang.
3. Tidak membuat anggaran dan target keuangan
Komunikasi yang baik di dalam suatu hubungan bukan berarti memiliki komunikasi yang baik di dalam hal keuangan. Banyak dari pasangan muda yang menghindari membicarakan hal-hal tersebut, karena selalu berakhir dengan pertengkaran. Banyak dari pasangan yang tidak peduli tentang jumlah uang yang mereka habiskan tiap bulan, dan biasanya mereka juga tidak memiliki target lima hingga 10 tahun ke depan untuk keuangan mereka. Sebaiknya, hal ini mulai dipertimbangkan bagi para pasangan muda. Apalagi jika Anda memiliki target pensiun di usia tertentu, atau ingin berhenti bekerja dan mengurus anak, perencanaan keuangan yang matang harus mulai Anda lakukan.
4. Merasa tidak membutuhkan bantuan
Di awal pernikahan pasti kita merasa mampu melakukan semuanya sendiri, terutama pekerjaan rumah tangga. Tapi pada saat dua orang sibuk bekerja, quality time dengan pasangan jauh lebih penting. Siapa yang membereskan rumah di akhir pekan, atau mengurus cucian di saat hari libur bisa menjadi pertengkaran. Padahal harusnya waktu senggang itu bisa Anda gunakan untuk bersantai dengan pasangan. Sebaiknya, buat anggaran lebih untuk menyewa jasa membersihkan rumah tiap minggu, atau asisten rumah tangga. Jadi, waktu senggang Anda bisa digunakan untuk bersantai bersama.Â
 5. Tidak mempertimbangkan perjanjian pranikah
Jangan langsung mengernyitkan dahi saat membaca, bisa jadi hal ini yang Anda butuhkan. Jika Anda atau pasangan mempunyai suatu usaha, Anda harus bersiap untuk hal yang paling buruk, yaitu bangkrut. Di saat bangkrut, semua aset Anda dan pasangan akan diambil oleh bank. Anda mendadak menjadi kekurangan dan tidak mempunyai rencana cadangan. Sedangkan, jika Anda memiliki perjanjian pranikah, Anda dapat mengatur aset. Sehingga jika saat salah satu dari pasangan bangkrut, Anda tidak perlu mendadak miskin, dan mempunyai dana cadangan.
6. Tidak mengatur asuransi kesehatan
Asuransi kesehatan merupakan elemen penting dalam kehidupan. Jika biasanya saat lajang Anda dan pasangan memiliki asuransi masing-masing, pastikan Anda merencanakan kembali saat Anda hendak menikah. Biasanya, suami mendapat jatah asuransi untuk istri dan anak, pastikan tanggungan asuransi mencukupi kebutuhan kesehatan seluruh keluarga. Bila suami kurang peduli, ada baiknya sang istri lebih teliti mengatur hal tersebut.Â