Sukses

Menikmati Pijatan Otentik Jawa di Kamar Hotel Bernuansa Eropa

Sejenak bersantai dan menikmati pijat tradisional Jawa mampu mengembalikan kondisi tubuh, sehingga terasa segar kembali.

Liputan6.com, Jakarta Kesibukan yang padat membuat tubuh pegal dan pikiran penat. Sejenak bersantai dan menikmati pijat mampu mengembalikan kondisi tubuh, sehingga terasa segar dan kembali bersemangat.

Liputan6.com berkesempatan mencoba pijatan tradisional otentik Jawa yang disediakan The Hermitage Hotel, Jakarta, beberapa waktu lalu. Layanan tersebut bisa diperoleh dengan dua jenis yakni datang langsung ke ruang terapi atau terapis mendatangi kamar Anda.

Jika mendatangi ruang terapi, tamu akan menikmati pijat sambil menghirup aroma terapi dan musik rileksasi. Namun, jika terapis yang datang ke kamar, tentu tamu akan lebih santai, meskipun suasana spa kurang bisa dirasakan.

Terapis akan membawa peralatan pijat seperti minyak cendana sebagai minyak pijat dan kain pelapis untuk diletakkan di tempat tidur. Kemudian, setelah semua siap, tamu diminta untuk tidur telungkup.

Kami dipijat mulai dari telapak kaki. Dengan terampil jari-jari terapis bernama Dea memberikan tekanan yang bisa disesuaikan dengan permintaan tamu. Dari kaki, ia melanjutkannya ke area betis, paha, hingga punggung.

Dea menjelaskan, pijat tradisional Jawa lebih banyak menggunakan kekuatan jempol dan tekanan. Berbeda dengan pijat gaya Swedia yang lebih menggunakan telapak tangan dan usapan.

Pijat Tradisional Jawa di Hotel The Hermitage Menteng. Foto: Liputan6.com/Unoviana Kartika

Pijatan dilanjutkan ke area depan tubuh dari mulai kaki hingga terusnya. Selain pijat tubuh, The Hermitage Hotel juga menawarkan pijat wajah dan bagian-bagian tubuh tertentu. Biaya yang ditawarkan adalah mulai dari Rp 300.000++.

Sebagai informasi, The Hermitage Hotel Menteng menawarkan suasana sejarah yang kental. Maklum saja, bangunan yang menjadi focal point dari hotel ini merupakan peninggalan tahun 1923. Di masa itu, gedung tersebut berfungsi sebagai kantor telekomunikasi yang disebut Telefoongebouw.

Gedung tersebut kemudian direnovasi kembali pada 2013 untuk dijadikan hotel pada tahun berikutnya. Pemilihan warna terang pada sebagian besar dinding bangunan serta pencahayaan yang cukup membuat hotel jauh dari kesan bangunan tua. Senyum ramah setiap pegawai juga memberikan kesan hangat bagi para tamu.