Liputan6.com, Jakarta Berawal dari sebuah tugas sekolah berkebutuhan khusus, sebuah puisi lahir dari goresan tangan seorang anak berusia sepuluh tahun bernama Benjamin. Sebagai pekerjaan rumahnya, ia harus menuliskan bagaimana rasanya hidup dengan Sindrom Aspergers.
Sindrom Aspergers sendiri merupakan salah satu gejala autisme di mana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga kesulitan untuk bersosialisasi. Seorang penderita Sindrom Aspergers umumnya tidak memiliki kesulitan dalam perkembangan bahasa atau linguistik, tetapi mereka cenderung memiliki kesulitan untuk memahami bentuk-bentuk komunikasi non-verbal serta kata-kata yang memiliki banyak arti.
Baca Juga
Baca Juga
Seperti dilansir dari Metro.co.uk pada Minggu (16/4/2016), Benjamin menuliskan sebuah puisi berjudul "I Am". Kata pertama dan kedua tersebut sengaja diberikan untuk memancing kerja otak dan kreativitas Benjamin untuk berkreasi. Alhasil sebuah puisi menyentuh dan indah karya Benjamin dibacakan oleh ibunya pada acara The National Autism Association beberapa pekan lalu.
Advertisement
Dalam acara organisasi non-profit tersebut, banyak orang yang tersentuh, terharu, dan kagum akan hasil karya Benjamin tentang hidupnya bersama Sindrom Aspergers. Bahkan setelah diunggah ke media sosial Instagram, puisi Benjamin mendapatkan lebih dari 11 ribu likes.
Tak hanya itu saja, dalam kolom komentar di unggahan foto puisi dengan tulisan tangan Benjamin banyak yang mengatakan bahwa karyanya berhasil ungkap pikiran dan kehidupan seorang penderita sindrom asperger. Para netizen bisa merasakan perjuangan orang-orang penderita sindrom aspergers untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Seperti salah satu kalimat puisi Benjamin yang mengatakan "Saya merasa seperti anak di luar angkasa, aku menyentuh bintang-bintang dan merasa keluar dari tempat itu."
Â