Liputan6.com, Jakarta Ternyata, cinta memang dapat membuat orang menjadi buta. Orang dapat melakukan hal-hal konyol, bahkan ketika semua orang menentang, seseorang dapat tetap berada di sisi orang yang mereka cintai. Seperti itulah kisah Marissa Altare, yang mendampingi suaminya, Fulvia, seorang transgender. Fulvia Pellegrino, seorang perempuan transgender yang berasal dari Italia, selama 56 tahun hidupnya merencanakan operasi untuk mendapatkan wajah dan tubuh yang sempurna, seperti dilansir dari Thesun.co.uk, Minggu (1/5/2016).
Baca Juga
Fulvia yang tadinya memiliki nama Fulvio, pertama kali menyadari dirinya adalah transgender ketika berusia 15 tahun, namun ia takut untuk mengungkapkannya, karena ayahnya adalah seorang pendeta dengan keyakinan agama yang kuat. Menurutnya, keluarganya memiliki pemikiran yang sempit. Orang tuanya memiliki 3 anak laki-laki, dan memang itulah yang diinginkan ayahnya, sehingga ia merasa tidak mungkin untuk mengungkapkan keinginannya untuk mengubah diri menjadi seorang perempuan.
Fulvia bahkan telah menikah dengan seorang perempuan bernama Marisa Altare, yang sampai saat ini mampu menerima Fulvia apa adanya. Awalnya, Fulvia juga tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan keinginannya kepada Marisa, sehingga ia menyembunyikan alat make up dan berdandan seperti perempuan secara sembunyi-sembunyi di garasi rumahnya. Ia juga secara rutin pergi diam-diam untuk mengunjungi klub gay setiap malam.
Advertisement
Ia mencoba menutupi keinginannya dari orang-orang di sekitarnya dengan bermain sepak bola, minum minuman keras, mengoleksi senjata, dan membeli mobil mahal. Bahkan terkadang dia menunjukkan sisi maskulin secara berlebihan di hadapan orang-orang.
Hebatnya, dengan keadaan Fulvia yang tidak sempurna sekarang, Marisa tetap berada di sampingnya untuk mendampinginya.
Kecanduan Operasi Plastik
Saat ini, pipi dan tulang bibir Fulvia telah diisi dengan cairan sebanyak 150 kali, melakukan sedot lemak sebanyak 2 kali dan 4 kali melakukan implan payudara. Baginya, operasi plastik bukan obat, namun sesuatu yang dibutuhkan oleh orang-orang sepertinya.
Pertama kali Fulvia memberitahukan keinginannya kepada Marisa, Marisa menolak dan memilih untuk pergi, walau pun akhirnya saat ini dia kembali dan selalu ada untuk mendukung Fulvia. Saat Fulvia melakukan terapi hormon dan operasi plastik, Marisa mendatangi seorang psikolog untuk berdamai dengan keadaan baru suaminya.
Di saat Marisa berusaha menerima keadaan baru suaminya, orang tua Fulvia menolak untuk memaafkan anaknya. Bahkan ayahnya memaksa Marisa untuk menandatangani surat yang menyatakan akan mengirim Fulvia ke sebuah institusi kejiwaan, agar Fulvia merasa putus asa dan merubah pikirannya.
Advertisement
Istri yang Menerima
Keadaan yang paling menyedihkan adalah ketika ayahnya meninggal, keluarganya melarang dia untuk datang melayat, karena mereka merasa malu dengan keadaan dirinya. Ketika melihatnya, orang-orang akan mulai menunjuk-nunjuk, memfitnah dirinya sebagai pelacur, dan menjulukinya "Badut dari Peveragno".
Karena serangan ini, Fulvia semakin bertekad untuk menyempurnakan tampilannya pada tahun 2004 dengan menghabiskan biaya 22.000 Dolar AS. Ia ingin terlihat seperti Allanah Starr, seorang bintang porno transgender dari Amerika. Dengan biaya yang begitu besar untuk operasi plastik, Fulvia menjual restoran yang pernah dijalankannya, mobil, dan rumahnya di Prancis.
Saat ini Fulvia dan Marisa bertahan hidup dari upah minim yang diterima Marisa sebagai terapis holistik. Fulvia mengakui bahwa orang-orang yang paling mendukung dan menerima keadaannya hanya saudara-saudaranya dan Marisa. Tanpa Marisa dia tidak akan bisa melakukan apa pun sampai saat ini.
\
"Sulit untuk tumbuh dalam tubuh yang bukan milik Anda. Sebaliknya, Anda harus memahami bahwa selama ini Anda hanya mengenakan sebuah topeng dan mengambil keberanian untuk membuangnya agar Anda menjadi diri Anda sendiri. Saya tidak akan berhenti di sini, sampai saya mencapai kesempurnaan," tukas Fulvia.