Liputan6.com, Jakarta Se-abad yang lalu Kartini mengingatkan para perempuan tentang pentingnya pendidikan. Lebih dari sekadar sanjungan dan tittle, pendidikan atau khususnya pendidikan bagi perempuan bagi Kartini adalah modal awal untuk pemberdayaan dan kemajuan suatu bangsa ke depan.
Baca Juga
Namun demikian, data yang diungkap Koalisi Perempuan Indonesia menunjukkan, sekitar 5 juta penduduk Indonesia masih buta huruf, dan yang menyedihkan, sebagian besar mereka adalah perempuan. Padahal tingkat pendidikan perempuan merupakan hal penting dalam membangun bangsa yang berdikari. Seperti dilansir borgenproject.org, Senin (2/5/2016), berikut mengapa pendidikan begitu sangat penting bagi perempuan.
Menghindari Perdagangan Manusia
Perempuan paling rentan terhadap perdagangan ketika mereka tidak berpendidikan dan miskin, hal tersebut setidaknya diungkapkan badan PBB untuk pemberdayaan perempuan. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa pendidikan perempuan menjadi penting dalam suatu bangsa dan negara.
Advertisement
Representasi Politik
Di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, nampaknya perempuan masih kurang terwakili dalam dunia politik dan pemerintahan. Pelatihan kepemimpinan, organisasi, dan memperbaiki tingkat pendidikan bagi perempuan adalah cara untuk memberdayakan perempuan untuk maju ke pentas politik agar suara-suara perempuan tidak hilang di tengah tekanan patriarki.
Ibu yang Berpendidikan Melahirkan Anak yang Cerdas
Banyak penelitian mengungkap, anak cerdas dilahirkan dari ibu yang cerdas. Tak hanya itu, ibu yang cerdas juga meningkatkan usia kesempatan anak untuk hidup melewati usia lima tahun. Burundi di Afrika Timur merupakan kawasan yang pernah mengalami kematian 16 ribu anak per tahun akibat dari ibu yang kurang pendidikan.
Safe Seks
Anak perempuan yang hanya berhasil menyelesaikan sekolah dasar dianggap tiga kali lebih mungkin terjangkit HIV. Dengan pandangan seperti itu, pendidikan bagi perempuan menjadi penting sebagai jendela harapan dalam mencegah penyebaran HIV, khususnya di kalangan anak-anak perempuan.
Mencegah Pernikahan Dini
Data United Nations Population Fund menunjukkan, satu dari tiga anak perempuan di negara terbelakang menikah sebelum mencapai usia 18 tahun. Itu tandanya perempuan lebih besar kehilangan haknya untuk mengembangkan diri karena disibukkan dengan hal-hal domestik keluarga, seperti mengurus anak.
Mengurangi Kemiskinan
Saat perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam pendidikan, perempuan cenderung untuk terus berpartisipasi dalam bisnis dan kegiatan ekonomi. Kemajuan dan keberlangsungan suatu bangsa tergantung partisipasi perempuan dan pendidikan dan ekonomi. Seperti yang pernah dikatakan Obama dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, “Masa depan tidak harus melulu dimiliki kaum patriarki. Masa depan harus dibentuk oleh anak-anak perempuan yang pergi ke sekolah dan mereka yang bermimpi hidup sejahtera.”