Liputan6.com, Jakarta Makassar International Writers Festival (MIWF) 2016 yang digelar mulai hari ini hingga 21 Mei 2016 di Fort Rotterdam, benar-benar akan menjadi pertarungan ide dan gagasan para penulis muda tanah air. Mengangkat tema “Baca!”, yang terinspirasi dari tumbuhnya berbagai komunitas baca dan pustaka di Indonesia, festival yang digelar untuk ke-enam kalinya ini dijadwalkan berlangsung selama 4 hari di 7 lokasi, dengan menghadirkan 61 pembicara dan penulis.
Baca Juga
Menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Rabu (18/5/2016), Nury Vittachi penikmat sastra yang memberikan penghargaan pada karya-karya Eka Kurniawan mengatakan, “Suara orang-orang Asia masih jarang di panggung dunia sastra. Namun bukan berarti kita diam, hari ini kita mendeklarasikan perang terhadap anggapan bahwa orang-orang timur di planet ini tidak bisa kreatif dalam sastra.”
Dalam MIWF, berbagai topik menarik seputar dunia kepenulisan dan sastra akan dibahas oleh para penulis dan pembicara. Dua penulis pemenang kompetisi Spoken Word, Alia Gabres (Australia) dan Deborah demmanuel (Singapura), hingga Dewi Dee Lestari dan Aan Manshur akan hadir meramaikan jalannya acara.
Advertisement
Melalui serangkaian panel diskusi, workshop, petunjukan dan pembacaan karya sastra, serta forum terbuka, festival ini akan menjelajahi bagaimana kesadaran literasi yang sedang bertubuh di Indonesia, serta minat baca yang semakin berkembang dalam di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Ada yang menarik dari gelaran MIWF tahun ini, yaitu diperkenalkannya konsep pop-up taman, sebuah proyek kolaborasi yang menawarkan tiga taman tematik, antara lain taman baca, taman rasa, dan taman cahaya. Di taman baca, tiap orang bisa menikmati bacaan-bacaan dengan suasan piknik. Sedangkan taman rasa, tiap orang bisa menikmati racikan kopi dan the sambil ditemani puisi. Dan di Taman Cahaya, pegunjung bisa menyaksikan berbagai pertunjukan seni.
Tak hanya itu, kegiatan ini juga memberikan tempat khusus Nirwan Ahmad Arsuka, Muhammad Ridwan Alimuddin, dan Maman Suherman sebagai pencetus perpustakaan bergerak. Kehadiran mereka akan menginspirasi banyak orang tenetang pengalaman membangun dan mengelola proyek pustaka mandiri. Apalagi perahu pustaka Pattingalloang yang diresmikan pada MIWF 2015, akan kembali berlabuh di MIWF 2016.