Liputan6.com, Jakarta Banyak jalan menuju Roma, banyak jalan untuk memperkenalkan budaya. Itulah yang dilakukan oleh 40 orang pemuda-pemudi Indonesia, dan tergabung dalam Tim Muhibah Angklung. Mereka berkeliling benua Eropa satu bulan lamanya, demi memperkenalkan budaya Nusantara. Berawal dari kota Aberdeen, Skotlandia, mereka pun meneruskan perjalanan ke London, Paris, kota Westerloo di Begia, Hamburg, Praha hingga ke kota Zakapone, Polandia.
Selain meramaikan hari kemerdekaan Republik Indonesia di sejumlah kedutaan dan konsulat Indonesia di kota-kota Eropa yang disingahi, mereka juga mengikuti beragam festival budaya internasional, mulai Aberdeen Youth Festival, Internasional Foklore Festival di Cerveny Kostelek, Ceko‎slavia hingga Internasional Festival of Highland Foklore di Zakapone, Polandia.
Baca Juga
Kasus Dugaan Penipuan Paket Wisata ke Korea Selatan oleh Influencer Malaysia, Kerugian Capai Rp1,64 Miliar
Viral Pungli Joki Pemandu Jalur Alternatif Puncak Bogor Rp850 Ribu, Apakah Permintaan Maaf Pelaku Cukup Loloskan dari Jerat Hukum?
Wajah Baru Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Jelang Tahun Baru 2025, Lebih Hijau dan Bisa Drop Bagasi Mandiri
Ada satu cara unik mengenalkan budaya Indonesia selain ikut beragam festival, tim Muhibah Angklung‎, sengaja mengamen di sejumlah tempat ramai di kota-kota tersebut. Salah satunya saat mereka singgah ke kota Hamburg, Jerman. Digelar di pelabuhan Landungsbruecken, mengamen angklung ala anak-anak Indonesia ini menarik perhatian warga Hamburg. Banyak yang berhenti sejenak untuk mendengarkan alunan alat musik bambu itu. Lagu Mama Mia hingga New York Rio Tokyo pun menggema di antara hembusan angin pantai yang dingin.
Advertisement
Michael, salah satu pejalan kaki yang sedang lewat bersama istri dan dua anaknya mengaku terpesona dengan angklung. "Ini alat musik dari mana? Dari Indonesia? Saya sangat menikmatinya, hebat, hebat," ujarnya. Michael dan anaknya pun tak melewatkan kesempatan untuk ‎mencoba memainkan angklung. "Alat musik ini sangat bagus, saya menyukainya," pungkas bapak dua anak itu.
Dua kali mengamen dalam waktu 1 jam saja, anak-anak berbakat ini menghasilkan 91 Euro alias nyaris 1,2 juta rupiah. Bagi mereka ini bukan sekadar uang semata, namun bagaimana memperkenalkan budaya Indonesia dengan cara berbeda.
(Muhammad Achir)