Liputan6.com, Jakarta Nama Butet Manurung mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Kisah perjuangan Butet Manurung untuk mengajarkan membaca dan menulis bagi anak-anak di suku pedalaman dan mendirikan Sokola Rimba telah sampai ke belahan dunia lain.
Namun, siapa yang tahu bahwa perjuangan yang dilakukan Butet Manurung dan kawan-kawannya tidaklah semudah yang dibayangkan?
Advertisement
Baca Juga
Pada acara Inspirato, Selasa (23/8/2016), Butet menceritakan pengalaman yang paling berkesan untuknya selama mengajar di dalam hutan rimba, yaitu dikejar-kejar beruang dan tidak bisa naik ke atas pohon.
"Saya itu paling nggak bisa kalo disuruh menerjemahkan perasaan. Apa yang berkesan buat saya, belum tentu berkesan untuk orang lain. Tapi mungkin cerita ini menarik. Jadi waktu itu, saya dan anak-anak di pedalaman pernah dikejar beruang. Kalo diliat aja sih beruangnya lucu banget ya, tapi begitu dikejar, ya udah nggak lucu lagi. Kita langsung lari semua. Anak-anak naik ke atas pohon buat melindungi diri, sedangkan saya, naik pohon itu adalah pelajaran yang sampai sekarang belum lulus-lulus. Jadi waktu itu saya naik, eh melorot lagi, naik, melorot lagi. Anak-anak bantuin saya, buat menghadang beruang, terus ada yang dorong saya biar bisa naik ke atas pohon. Itu sih pengalaman paling nggak terlupakan buat saya," cerita wanita berusia 44 tahun ini dengan mata berkaca-kaca.
Baginya, dapat hidup di rimba adalah pengalaman berharga. Dirinya bahkan sempat mengungkapkan jika bisa, ia ingin menghabiskan masa tua di sana.
"Kalo saya mau egois, saya inginnya hidup di rimba. Tapi buat saya, lebih penting untuk jadi berguna, daripada mementingkan kesenangan diri sendiri. Kalo saya di sini, saya masih bisa berbagi pengalaman dan ilmu yang saya dapatkan di rimba," papar Butet Manurung kepada tim liputan6.com.