Liputan6.com, Jakarta Togo Motonu berasal dari bahasa Buton. Togo artinya 'kampung' dan Tono artinya 'tenggelam'. Togo Motonu merupakan perkampungan yang terletak di dalam hutan di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, yang tenggelam menjadi danau.
Menurut legenda yang dipaparkan Alimudin, warga asli Buton, Selasa (23/8/2016) pada zaman dahulu hiduplah sebuah keluarga di desa tersebut. Namun anak-anak mereka melakukan kesalahan fatal yang melanggar hukum adat. Saudara kandung tersebut menikah, sementara menurut adat saat itu tidak diperbolehkan saudara sedarah untuk menikah.
Baca Juga
Ada Kereta Panoramic di Rangkaian KA Mutiara Timur Menuju Banyuwangi, Hanya Tersedia Sampai 5 Januari 2025
Malaysia Jadi Destinasi Liburan Paling Aman di Asia Tahun 2025, Indonesia Bahkan Tidak Masuk Daftar
Cegah Wisatawan Kena Pungli Joki Rp850 Ribu, Traveler Bagikan 7 Jalur Alternatif ke Puncak Bogor
Advertisement
Setelah pernikahan berlangsung, kampung tersebut terus-menerus dibasahi hujan tanpa sebab. Hujan yang turun selama tujuh hari tanpa henti ini membuat kampung tersebut tenggelam dan menyisakan danau di hutan. Danau tersebut diberi nama Togo Motonu yang berarti kampung yang tenggelam.
Hingga saat ini, Togo Motonu menjadi salah satu destinasi wisata kabupaten Buton. Akses menuju danau di tengah hutan ini memang masih sulit. Dibutuhkan kendaraan pribadi dan perjalanan berkisar satu setengah jam dari Kota Baubau. Namun, pemandangan indah yang Anda dapatkan cukup untuk membayarnya. Udara yang masih segar dan jejeran pohon tinggi di kawasan hutan produksi ini menambah indah kawasan danau yang terbilang masih perawan.
Menurut warga sekitar, danau ini tidak pernah surut meski sedang musim kemarau. Hamparan pepohonan yang masih asri menambah indah danau ini. Togo Motonu juga dikelilingi perbukitan yang memagarinya sejauh mata memandang.
Ke depan, Pemerintahan Kabupaten Buton berencana mengembangkan destinasi wisata ini. Togo Motonu memiliki potensi wisata yang dapat menarik wisatawan. Salah satunya dengan mendirikan home stay dan sarana wisata serta memperbaiki akses ke danau legenda untuk memenuhi rumus 3A yang dianjurkan Menteri Pariwisata Arief Yahya, yaitu Atraksi, Amenitas atau sarana dan prasarana, dan Aksesibilitas.