Liputan6.com, Jakarta Apa yang paling diminati para wisman Timur Tengah yang mampir ke 7 spot Wonderful Indonesia di Street Festival Bukit Bintang, Kuala Lumpur?
“Selfie dan mengabadikan atraksi budaya yang kami suguhkan di setiap spot di sepanjang Starhill hingga Lot 10 Shopping Center,” ujar Rizki Handayani Mustafa, Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah ASEAN Kemenpar di Malaysia, 1-4 September 2016.
Pada saat yang bersamaan, di Putra Jaya Plasa, Kemenpar juga ikut dalam MATTA Travel Mart 2016, untuk kegiatan salesnya. Di situ juga ada cara promosi Street Festival Bukit Bintang, dengan cara orang berjalan-jalan di sekitar venue MATTA yang pinggung dan depannya dibuat papan branding.
Advertisement
“Jadi nyambung, antara selling di Putra Jaya dengan branding di Bukit Bintang,” ungkap Rizki Handayani.
Hampir setiap malam, kata Rizki, semua acara yang diadakan di pusat wisata dengan pasar Timur Tengah itu ramai disaksikan pengunjung. Hampir di semua sudut juga penuh dengan banding Wonderful Indonesia. Program yang dikonsep apik Kemenpar juga menuai banyak apresiasi dari pengunjung.
Tak hanya warga Malaysia dan wisman dari Timur Tengah yang disasar dari gebyar branding Wonderful Indonesia ini. Yakni, para ekspatriat dan wisatawan mancanegara (wisman) dari berbagai negara. Yang mencolok, wisman asal Middle East atau Timur Tengah sangat kagum menyaksikan gelaran seni, budaya, dan pameran Wonderful Indonesia ini.
Para wisman Timur Tengah tersebut memanfaatkan momen menarik ini untuk memotret atraksi seni budaya yang ditampilkan, dan foto dengan para talent yang terlibat di dalamnya. Bahkan tak sekadar menonton dan asyik berfoto selfie dan wifie, mereka wisman Timur Tengah aktif bertanya dan menggali info seputar acara berupa keragaman budaya Indonesia, termasuk destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Satu keluarga asal Saudi Arabia, misalnya, tampak berbincang dengan para penari Jaranan Buto, seni tari dari Banyuwangi. Dengan bahasa Inggris patah-patah mereka menanyakan apa nama tari tersebut dan berasal dari mana. Setelah memperoleh jawaban, seorang di antaranya bergeser ke photo booth komodo yang disediakan panitia. Ya siapa saja bisa foto di sana dan gratis menerima hasil cetakan fotonya. Dia pun lantas minta difoto berlatar belakang komodo.
Hal sama juga dialami Yoseph, seniman tari, koreografi, asal Malang yang mengetengahkan kostum karnival bertema keindahan burung Indonesia.
“Para wisman Timur Tengah itu ternyata antusias sekali, lho sama pertunjukan kita. Mereka bilang kostumnya unik. Lalu mereka tanya lagi, dari mana, terbuat dari apa, maka maksud desain kostumnya. Saya jawab semua, dan sekalian saya terangkan yang saya tahu tentang Wonderful Indonesia. Habis itu mereka foto-foto,” kata Yoseph, yang telah beberapa kali menyabet juara kostum baik di dalam maupun luar negeri ini.
“Uniknya, maaf, yang bercadar pun pada ikut foto. Unik, kan. Sebab wajahnya tertutup cadar pas difoto. Tapi aku sih oke-oke aja, malah seneng. Rata-rata orang Saudi (Arabia), Kuwait, Yordania,” kata Yoseph, yang membuat satu kostum memakan waktu pekerjaan sekitar dua bulan.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan, Indonesia Street Festival yang digelar di Bukit Bintang merupakan strategi efektif untuk mempromosikan Indonesia kepada publik di Malaysia. Bukit Bintang adalah jantung Kota Kuala Lumpur, pusat tourism, tak hanya orang Malaysia.
Menteri yang belum lama terpilih sebagai Tokoh Inspirasional dari Serikat Perusahaan Pers (SPS) mengatakan, biasanya saat musim haji banyak warga Timur Tengah, terutama Araba Saudi, keluar negeri untuk berlibur.
Rizki Handayani menyebut wisman Timur Tengah memang menjadi incaran Kemenpar. Menurut Rizki, wisman Timteng dikenal sebagai wisman senang berlibur dengan waktu yang lama.
“Biasanya mereka datang satu keluarga atau keluarga besar. Lama tinggal (lenght of stay) panjang. Dari data Kemenpar, rata-rata mereka menghabiskan pengeluaran antara 1.500 dollar AS hingga 1.750 dollar AS per orang per kunjungan (visit). Sedangkan wisman dari kawasan lain sekitar 1.142 dollar AS per visit. Inilah yang harus kita tangkap peluangnya,” jelas Rizki, wanita yang murah senyum ini.
Menpar Arief Yahya tertarik untuk mempelajari kebiasaan wisatawan Timur Tengah itu untuk dibuat di Indonesia. Baik di Ampenan Lombok, NTB, Manado Sulawesi Utara dan Jakarta. Entah mana yang cocok, dan ada investor yang cepat menangkap ide ini.
(Adv)