Liputan6.com, Jakarta Perang menjadi suatu kejadian yang banyak menciptakan kerugian bagi manusia, baik secara materi maupun psikis. Banyak orang tak bersalah yang menjadi korban pada setiap perang, dan perang pasti akan meninggalkan bekas luka pada setiap orang yang mengalaminya.
Salah satu perang yang paling besar yang pernah terjadi adalah Perang Dunia II. Paling tidak ada 62 juta orang kehilangan nyawa dan setengahnya adalah warga sipil. Atas kepedihan ini, Tom Lea, seorang seniman asal Amerika, menuangkan kisah Perang Dunia IIÂ ke dalam lukisan.
Baca Juga
Dilansir dari Time, Rabu (7/9/2016), Tom Lea memamerkan karya-karyanya yang bertajuk "Tom Lea: LIFE and World War II" yang menggambarkan bagaimana keadaan perang tersebut dalam lukisan.
Advertisement
Seorang marinir yang mukanya di cat sedang berpegangan pada sisi baja dari sebuah kapal dia menatap asap dari ledakan yang terjadi di sekitarnya. Tom Lea menuliskan, "Selama satu jam kami dipaksa menuju pantai, matahari turun di langit yang mending seperti bola terbakar yang berwarna kelabu, aku melihat seorang marinir yang wajahnya di cat untuk menghutan, matanya siap untuk memantau, dan mulutnya siap untuk membunuh"
Para tentara terkena ledakan bom yang terjadi di pasir pantai yang panas. Tom Lea menuliskan, "Pantai... pemandangan pertama yang saya lihat sejak amukan perang. Kami berlari turun dan datang ke sekitar kendaraan perang itu, percikan dari pergelangan kaki sampai ke pasir pantai yang putih. Tiba-tba aku benar-benar sendirian. Setiap orang menarik dirinya ketika dia berlari ke jalan itu, ke dalam api itu."
Seorang tentara yang meninggal dan akan dikubur oleh teman dan pastur. Tom menulis "Tentara yang meninggal terlihat sangat tenang dan hampa dan melewati semua hal kecil yang dibenci dan dicintainya. Pastur berdiri dengan memegang dua tempat minum dan sebuah Alkitab, sedang membantu. Dia sangat dan tampak tersentuh oleh penderitaan para tentara yang berhadapan dengan kematian. Dia tampak sangat kesepian, sangat dekat dengan Tuhan, karena dia membungkuk di atas mayat laki-laki dang berada sangat jauh dari rumah."
Komandan dari Batalion Resimen 7, Letnan berusia 28 tahun. Kolonel Hunter Hearst duduk di sebuah batang pohon yang patah dan sedang menandai posisi di map. Tom Lea menuliskan, "Di dekatnya juga duduk awak radio yang mencoba melakukan kontak dengan atasan. Ada perasaan lelah dan sedih dalam suara awak radio saat dia menyebutkan kode, mengulangnya lagi dan lagi. "Ini adalah Sad Sack memanggil Charlie Blue. Ini adalah Sad Sack memanggil Charlie Blue".
Tentara Amerika yang berada di benteng besar milik Jepang. Tom menuliskan, "Melihat di atas kepala saya bisa melihat benteng pertahanan milik Jepang yang besar. "
(Achmad Rully)