Liputan6.com, Jakarta Kedaluwarsa mungkin menjadi kata yang menakutkan bagi banyak konsumen, terutama untuk urusan pangan. Sebab, anggapan berbahaya atau dapat membuat sakit sangat erat dengan pangan kedaluwarsa.
Belakangan, masyarakat juga dihebohkan soal bahan makanan kedaluwarsa yang ditemukan di restoran cepat saji. Lantas, seberapa bahaya makanan kedaluwarsa itu? Serta, apa bedanya bila makanan yang kedaluwarsa justru adalah bahan bakunya?
Untuk memahami pangan kedaluwarsa, Anda perlu tahu perbedaan jenis kedaluwarsa. Direktur South East Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFEST) Center Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Dr Ir Nuri Andarwulan mengatakan, untuk bahan baku makanan yang bersifat business to business, umumnya tidak ada regulasi untuk kedaluwarsa.
Advertisement
"Ini berbeda dengan pangan yang langsung ke konsumen akhir, tanggal kedaluwasa sudah ada regulasinya," kata Nuri di Jakarta, Rabu (7/9/2016).
Karena tidak ada regulasi tanggal kedaluwarsa pada bahan baku, biasanya perusahaan yang menggunakannya-lah yang menentukan lama waktu penyimpanannya. Semakin baik sebuah bahan baku disimpan, semakin maksimal waktu penyimpanannya.
Bagaimana perusahaan mengetahui produk bahan baku masih baik atau tidak selama masa penyimpanan? Hal ini, kata Nuri, berkaitan dengan produk akhir yang dihasilkan. Bila produk masih sesuai standar, maka bahan baku juga dinilai masih baik.
"Perusahaan punya standar produk untuk cita rasa makanan atau minuman, ini tujuannya untuk memuaskan konsumen. Jika standar tidak dipenuhi, tentu konsumen protes," ujar Nuri.
Kebanyakan bahan baku yang sudah lewat masa penyimpanan langsung berpengaruh terhadap cita rasa makanan. Namun, ada juga yang tidak, tetapi umumnya jika tidak mengalami tanda-tanda perubahan cita rasa, makanan tetap aman dikonsumsi.
"Selama proses pembuatan makanan juga ada pemanasan dan pengolahan lainnya. Kalau bahan baku yang lewat masa penyimpanan terdapat mikroba, biasanya sudah mati," kata Nuri.