Liputan6.com, Jakarta Solid, Speed, Smart yang menjadi engine untuk menggerakkan “Go Digital Be The Best” Kemenpar akan lebih cepat jika semua daerah ikut bergerak. Terutama yang sudah pede menempatkan pariwisata sebagai portofolio business dalam membangun daerahnya.
“Jika tidak ikut Go Digital, saya jamin destinasi wisata yang dimiliki daerah itu tidak akan maju! Karena itu no return point, harus familiar dengan digital!” kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI di Rakornas Kemenpar III di Ecopark Ancol, Jakarta, 15-16 September 2016.
Pertama, daerah harus punya official website sebagai own media, dan sekaligus sumber informasi destinasi Pariwisata daerahnya. Web daerah itu pun harus di desain lebih ke tourism, jika diklik maka landing page-nya harus tampil cantik dengan berbagai keunggulan pariwisatanya.
Advertisement
Web itu pula yang terus di up date, dengan video, foto atau gambar dan text atau real news up date-nya. “Makin bagus websitenya, makin banyak orang betah mampir, makin banyak yang bisa dipromosikan,” kata Arief Yahya.
Kedua, harus sudah berani menampilkan calendar of event, atau daftar kegiatan yang bernuansa pariwisata selama satu tahun. Events itu harus sudah pasti, tanggal dan bulannya, serta deskripsi rencana kegiatan tersebut. Event akan menjadi salah satu atraksi yang memungkinkan para industri pariwisata membuat paket wisata jauh-jauh hari sebelumnya.
Skema kerja Travel X-change Indonesia (TXI) Digital Market Place (DMP) itu berawal dari sini. DMP itu adalah pasar atau lapak-lapaknya, yang akan diisi oleh industry tour travel dan tour agency dengan paket-paket Pariwisata sudah mereka susun.
Paket itu akan semakin menarik dan punya nilai jual, jika content-nya sekaligus di-connect dengan event di daerah. Info soal event di daerah itu yang harus disediakan dengan detail oleh Pemda, Pemkot, Pemprov, melalui website daerah tersebut.
Jadi ada tiga pihak yang saling connect, melalui digital. Yakni, pertama, TXI DMP yang dimiliki Kemenpar dan akan dioperasikan oleh pihak ketiga. Kedua, Website daerah yang berisi kalender event yang lengkap dan informative.
Ketiga, paket-paket wisata yang dibuat tour operator, yang sudah pasti juga punya website sendiri. Kelak, pasar TXI DMP itulah yang dipromosikan di seluruh dunia.
Karena itu, jika daerah ingin maju silakan membuat website yang komplit, terus di update, terus membuat event nasional dan internasional, yang memiliki cultural value dan sekaligus commercial value. Industri seperti tour operator dan tour agency itu sudah secara otomatis akan mencari akal dan membuat kreasi menciptakan paket-paket yang bersaing untuk dipajang di TXI DMP tersebut.
Memang, banyak peserta Rakornas Kemenpar III ini yang terbengong-bengong oleh model pasar digital seperti ini. Termasuk Menpar Arief Yahya pernah dikritik oleh anggota ASITA, asosiasi tour and travel yang menjadi mitra usahanya tentang berkembangkan OTA –-online travel-- itu.
“Saya beri contoh Wartel atau Warung Telekomunikasi, yang dulu saya bangun dengan 124.000 biji di seluruh Indonesia. Hadirnya teknologi GSM dan HP, maka Wartel itu secara perlahan hilang dari peredaran. Sudah pasti, akan lenyap karena ada teknologi baru yang memungkinkan komunikasi lebih mudah dan murah,” kata Arief Yahya.
Sama halnya dengan online transportation, dengan hadirnya Gojek, Uber dan Grab, yang pernah heboh itu. Kemenhub sempat melarang, meskipun surat larangan itu tidak sampai 24 jam sudah dicabut kembali.
“Aplikasi digital itu tidak bisa dilawan dengan peraturan saja, karena akan terus berkembang dan mencari bentuk paling ideal,” ujar Arief Yahya.
Sama halnya dengan Online Shopping, yang juga pesat bertumbuh di tanah air sekalang. Ada Matahari Mall, Bukalapak.Com, Blibli.Com, Alibaba.Com, dan lainnya. Apakah itu mempengaruhi antusiasme orang belanja di mal? Mungkin benar, karena harga pasti lebih murah, lebih mudah mencari, lebih variatif dan lebih praktis.
Itulah mengapa ada istilah More Digital More Personal, karena marketing sudah langsung masuk ke smartphone ke customers dan komunikasi data ke pelanggannya sudah detail sampai ke personal. Ada istilah More Digital More Global, dengan digital itu semua informasi bisa diupload, dipromosikan secara global, dan semua orang yang memiliki aplikasi yang sama bisa langsung connect.
Satu lagi, More Digital More Professional, karena semakin tepat sasaran dalam mempromosikan via digital. Sesuai dengan profile market yang disasar, karena aplikasi sudah bisa memilah kesukaan dan kebiasaan orang. Apa yang setiap hari dibuka, berapa lama, tertarik di bidang apa? Dengan begitu, promosi akan semakin efektif sampai ke calon customers.
#PesonaIndonesia (*)