Liputan6.com, Jakarta Peneliti telah menemukan penjelasan baru untuk satu fenomena aneh yang sering terjadi dalam otak kita, yaitu deja vu. Profesor asal Skotlandia, Akira O'Connor, mengatakan bahwa deja vu adalah kegiatan mengecek fakta yang dilakukan oleh otak.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari Brightside.me, Rabu (28/9/2016), Dr. O'Connor melakukan beberapa eksperimen terhadap otak untuk membuktikan teori ini. Ia menyuruh partisipan untuk mengingat beberapa kata yang terhubung terhadap sebuah konsep. Misalnya, peserta disuruh mengingat kata bantal, kasur, malam, namun tidak ada kata tidur.
Setelah menyuruh mengingat kata-kata tersebut, peneliti menanyakan apakah mereka mendengar kata tidur, dan hasilnya negatif. Namun, setelah beberapa waktu ditanya hal yang sama, peserta kebanyakan menjawab kata tidur.
Mereka mulai berpikir bahwa mereka pernah mendengar kata tersebut, karena masuk akal jika kata tidur terdapat di dalam rangkaian kata tersebut. Otak dari para peserta mulai terlalu banyak menafsirkan ingatan mereka sendiri, membuat dirinya mengalami momen deja vu.
Sebuah resonansi magnetik menunjukkan, bahwa area paling aktif dalam otak adalah bagian untuk mengambil keputusan, bukan bagian yang menyimpan kenangan. Dr. O'Connor berasumsi bahwa area otak ini yang menciptakan perasaan deja vu, karena mereka mengikuti jejak dari ingatan dan mencari kesalahan di dalamnya. Jika mereka menemukan sesuatu yang tidak konsisten, mereka menjadi aktif dan membuat perasaan deja vu tersebut.