Sukses

Villa Isola, Tetap Gagah dan Mempesona hingga Saat Kini

Berkunjung ke Villa Isola akan membawa Anda ke masa lalu.

Liputan6.com, Jakarta Dominique Willem Berretty, nama pemilik gedung yang kini jadi tempat wisata ini mungkin tidak membayangkan bahwa keinginannya membangun rumah pribadi di kawasan Bandung utara, akan menghasilkan karya seni yang tetap bertahan hingga saat ini. Dengan tangan dingin Wolff Schoemaker, selesailah sebuah rumah yang berdiri di atas tanah seluas 12 hektar ini. Rumah itu bernama Villa Isola.

Villa ini diselesaikan dalam jangka waktu 6 bulan dari bulan Oktober 1932 hingga Maret 1933 dan menghabiskan biaya 500 ribu gulden. Hasilnya, villa ini sangatlah indah, memiliki 2 taman yang ada di bagian utara dan selatan rumah. Taman bagian utara dipenuhi oleh bunga yang memiliki tema Eropa. Sedang taman bagian selatan berbentuk setengah lingkaran dan dilengkapi dengan kanopi untuk bersantai.

Namun naas, Berretty meninggal dunia pada tahun 1934 pada penerbangannya ke Amsterdam. Villa Isola akhirnya dijadikan sebuah hotel hingga tahun 1942 direbut Jepang untuk dijadikan markas besar militer Jepang di Bandung. Setelah Indonesia merdeka, gedung ini direnovasi dan ditambah lantai di bagian atapnya. Nama gedung ini berubah menjadi Bumi Siliwangi.

Bagian depan Villa Isola 1934 (foto : Tropen Museum)

Tahun 1954, Menteri Pendidikan RI, Muhammad Yamin merencanakan membuat sebuah institut yang menggunakan Villa Isola sebagai lokasinya. Karena keputusan itu, berubahlah Villa Isola menjadi sebagai Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia. Sementara itu daerah di sekitar villa ini berangsur menjadi sebuah kompleks kampus.

Villa Isola pada tahun 1934 (foto : Tropen Museum)

Bila dilihat dari pintu gerbang UPI, gedung ini sangatlah indah, lengkap dengan taman selatan yang tetap dijaga dengan baik. Namun sayang, taman bagian selatan tidak begitu terawat lagi sehingga para mahasiswa tidak menyadari betapa indahnya Villa Isola dahulunya.