Liputan6.com, Jakarta Gelombang pekerja independen kini tengah menjadi tren. Bekerja nine to five demi gaji tetap bulanan dan jenjang karier kini bukan lagi impian banyak orang.
Menurut Harvard Business Review yang dilansir pada Minggu (16/10/2016), di dunia kerja kini muncul fenomena ‘supertemps’. Mereka adalah para mantan manajer dan profesional dari berbagai latar profesi yang memilih untuk meninggalkan karier gemerlap di kantornya dan memilih menjadi pekerja independen atau freelance alih-alih menaiki tangga karier hingga sampai ke puncak. Fleksibilitas dalam bekerja menjadi mantra yang lebih dicari ketimbang posisi mentereng.Â
Baca Juga
Secara umum, fenomena maraknya pekerja freelance ini sebetulnya bukan hal baru, akan tetapi data statistik yang membidik gelombang ini belum pernah diukur. Untuk lebih memahami seluk beluk angkatan kerja independen ini, McKinsey Global Institute melakukan survei terhadap 8000 responden di Eropa dan Amerika Serikat. Responden tersebar di berbagai negara, dengan kalangan usia yang berbeda-beda, dan latar pendidikan serta jenis profesi yang berbeda.
Advertisement
Mereka ditanya tentang berapa penghasilannya selama satu tahun, meliputi pekerjaan utama dan aktivitas sampingan yang memberikan pendapatan tambahan, juga tentang kepuasan profesional dan aspirasi karier di masa depan.Â
Hasilnya, ternyata tidak semua pekerja freelance itu menikmati pekerjaannya. Ada yang karena pilihan, terpaksa, ada pula yang karena datang tawaran untuk mengerjakan proyek lepasan. McKinsey menemukan, dari sejumlah 162 juta angkatan kerja di Eropa dan Amerika Serikat, 20-30 persen populasi usia produktif pernah terlibat dalam proyek freelance.Â
Meski secara demografi tersebar, para pekerja lepas itu secara umum bisa dibagi ke dalam 4 tipe berikut ini.
1. Free AgentsÂ
Mereka yang dengan sadar memilih untuk menjadi pekerja lepas dan sepenuhnya menggantungkan pemasukan dari situ.
2. Casual EarnersÂ
Mereka yang melakukan pekerjaan lepasan untuk mendapatkan pemasukan tambahan, namun hanya sebagai sampingan saja.
3. The ReluctantsÂ
Mereka yang menggantungkan hidup dari pekerjaan lepasan, tetapi sebenarnya ingin menjadi pekerja kantoran.
4. The Financially StrappedÂ
Mereka yang melakukan pekerjaan tambahan karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan.
Kategori dua yang pertama: free agents dan casual earners, yang memang melakukan pekerjaan lepasan karena pilihan, dilaporkan memiliki kepuasan lebih terhadap kariernya dibandingkan mereka yang menjalani pekerjaan lepasan karena terpaksa (the reluctants dan the financially strapped).
Selain itu, kategori free agents jika dibandingkan dengan para pekerja kantoran mengaku mendapatkan kepuasaan yang jauh lebih tinggi, dalam beberapa dimensi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak orang yang menghargai aspek lain di luar faktor keuangan. Faktor fleksibilitas, di mana orang bisa bekerja menurut waktu yang mereka tentukan, salah satunya.