Liputan6.com, Jakarta Ketika bekerja, tentu godaan untuk istirahat akan datang menerjang, mulai dari rasa kantuk yang berat, pegal kurang bertenaga hingga kelaparan yang teramat sangat. Bila jawaban dari semua persoalan di atas adalah ngemil atau makan berat? Anda harus berhati-hati karena jawaban itu adalah salah satu indikasi dari carbo addiction.
Dr. Grace Judio-Kahl, seorang pakar diet dan pengamat gaya hidup ini, memberikan solusi bagi Anda untuk menerapkan Body Scanning untuk mengurangi asupan makanan berlebihan yang tidak perlu. Body Scanning adalah usaha untuk mengenali tubuh dan mengetahui batasan dari kondisi kenyang dan lapar dari tubuh kita.
Baca Juga
Ada 5 indikator dalam Body Scanning, yaitu otak, mata, hidung, mulut dan perut. Bila merasa lapar, Anda harus mampu mengidentifikasi dari mana rasa lapar itu berasal. “Tanya, yang buat saya makan itu dari mana sih? Otaknya kah yang kepengen, atau mata, atau hidungya membuat makan, atau mulutnya lagi gatel, atau perutnya,” terang Dr. Grace di Jakarta Food Editor’s Gathering di Crematology, Senopati (18/10/2016).
Advertisement
Kondisi yang memperbolehkan Anda makan adalah ketika perut sudah lapar dan benar-benar minta diisi. Keinginan untuk makan selain dari perintah perut sebaiknya sudah mulai dikurangi, karena akan berdampak kelebihan karbohidrat hingga menyebabkan adiksi karbohidrat.
“Nah, ngantuk nih, kerjaan belum selesai. Tiba-tiba ada martabak di depan mata. Jadi dalam kasus ini yang teriak minta makan adalah matanya. Kita hanya boleh makan kalau perut yang perintahkan,” ungkap Dr. Grace.
Selain dari Body Scanning, hal lainnya yang dapat mengurangi kebiasaan Anda makan tidak terkendali adalah mulai memilih karbohidrat yang baik. Usahakan karbohidratnya memiliki Indeks Glikemik (GI) yang rendah. Mengganti makanan dengan bahan yang alami serta mengusahakan makan dengan gizi lengkap dengan proporsi seperempat porsi karbohidrat, seperempat porsi protein, sedikit lemak dan setengah porsi sayur.