Liputan6.com, Jakarta Dilaksanakannya program pembangunan 100 ribu homestay di 10 destinasi prioritas merupakan cara pemerintah melibatkan masyarakat secara langsung dalam pengembangan pariwisata. Hal tersebut setidaknya diungkapkan Menteri Pariwisata Arief Yahya di malam penganugerahan Sayembara Desain Rumah Wisata (Homestay) Nusantara di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata, Selasa (25/10/2016).
“Jangan terlalu banyak intervensi pemerintah, biarkan masyarakat yang pegang kendali. Masyarakat akan menjadi subjek di situ. Pemerintah ada untuk memfasilitasi, memudahkan saja. Masyarakat bisa membeli dengan harga yang terjangkau dan itu harus dikelola secara profesional,” kata Menteri Arief Yahya.
Senada dengan itu, Yori Antar dari Ikatan Arsitek Indonesia yang juga Ketua Dewan Juri Sayembara Desain Arsitektur Nusantara mengatakan, ke-10 destinasi prioritas yang telah ditetapkan pemerintah tidak butuh membangun hotel, kini saatnya menjadikan masyarakat sebagai pelaku bukan hanya penonton.
Advertisement
“Dengan menjadikan rumah mereka sebagai homestay, masyarakat bisa mendapat kue pariwisata itu sendiri. Jadi ini bukan program real estate, ini program yang ditujukan kepada masyarakat. Jadi sambil memperkuat karakter budaya yang mengundang pariwisata, masyarakat juga bahagia. Kita ingin juga menjadikan arsitektur Nusantara menjadi arsitektur yang menginspirasi Indonesia dan dunia,” kata Yori.
Sementara itu, Kosmian Pudjiadi Sektretaris Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) saat dihubungi Liputan6.com mengatakan, pembangunan 100 ribu homestay di 10 destinasi prioritas oleh pemerintah merupakan suatu hal yang wajar selama para pemilik homestay memegang Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP), mengikuti peraturan, dan membayar pajak.
“Saya kira pariwisata milik semua orang, tapi semua pelaku harus bersaing secara sehat,” ungkap Kosmian.
Kementerian Pariwisata, PT Propan, dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menjalin kerjasama membangun 100 ribu homestay di 10 destinasi prioritas yang dimulai pada 2017. Selain untuk menghidupkan kembali arsitektur Nusantara, program ini juga dilakukan dalam rangka mewujudkan target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019.