Sukses

Panorama Tours Ajak Publik Berinvestasi ke Tanjung Lesung

Panorama Tours, ajak pelaku bisnis untuk ramai-ramai berinvestasi di Tanjung Lesung, Banten.

Liputan6.com, Jakarta Panorama Tours, grup perusahaan perjalanan dan wisata terbesar dan yang paling terintegrasi di Indonesia mulai mengajak pelaku bisnis untuk ramai-ramai berinvestasi di Tanjung Lesung, Banten. Kawasan yang berada di ujung barat Pulau Jawa itu memiliki banyak keunggulan, baik dari sisi nature atau alam maupun culture, atau kebudayaan. Punya laut yang jernih, bawah laut yang indah, antar pulau yang banyak, punya hutan Taman Nasional Ujung Kulon, punya sawah dan ladang, dan gunung.

CEO Panorama Tours Royanto Handaya di hadapan para investor yang ingin menanamkan modal di sektor Pariwisata mempresentasikan potensi Tanjung Lesung itu. Dan, yang pasti, kawasan itu sudah ditetapkan oleh Menpar Arief Yahya sebagai satu diantara 10 top destiasi, atau 10 Bali Baru. “Pemerintah bakal membangun infrastruktur ke Tanjung Lesung, sehingga dari Jakarta hanya cukup ditempuh 2,5 jam saja,” jelas Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.

Saat ini, masih harus menempuh 5 jam dari Jakarta, karena belum nyambung tol-nya. Baru Jakarta Serang yang sudah terhubung akses tol. Tahun depan sudah akan dibangun dari Serang-Panimbang sejauh 84 kilometer. Jika itu selesai, maka Tanjung Lesung akan semakin prospektif. “Pak Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan untuk percepatan tol ke sana,” kata Arief Yahya.

Rencana besar pemerintah itu, direspons positif oleh pelaku bisnis, yang diharapkan bisa bermain di amenitas, seperti hotel, resto, convention, café, property dan segala kebutuhan untuk wisatawan. “Pariwisata di Indonesia, termasuk Tanjung Lesung sedang menggeliat. Tren pertumbuhannya naik,” ungkap Royanto Handaya, CEO Panorama Tours. Dari paparan pria berwajah oriental itu, kontribusi pariwisata terhadap PDB mencapai 4,23% pada 2015. Indeks Daya Saing Globalnya di peringkat 34 dari 144 negara. “Itu data dari World Economic Forum 2015. Datanya sangat valid,” ungkap Royanto.

Ranking regionalnya di posisi 11 dari 23 negara se-Asia-Pasifik. Khusus Asia Tenggara, Indonesia ada di peringkat 4 dari 10 negara di Asteng. Bila ditarik ke mikro, pariwisata Indonesia tetap terlihat seksi. Sebagai perusahan yang telah memenangkan banyak penghargaan baik dari swasta maupun pemerintah itu, Panorama Tours mencatat ada highlight yang sangat layak dijadikan pedoman berinvestasi.
Faktor pertama, fakta 10,4 juta wisman yang sudah berkunjung ke Indonesia pada 2015. Dan di 2016 ini, ada target 12 juta wisman yang dipancang pemerintah. Nomor dua, kebijakan visa gratis untuk 169 negara untuk meningkatkan wisatawan yang masuk ke Indonesia.

Berikutnya, anggaran promosi yang meningkat. Dari USD 30 juta (2014), menjadi USD 100 juta (2015) dan USD 400 Juta (2016). “Kini pemerintah kembangkan 10 destinasi baru di luar Bali. Sudah ada gerakan pembangunan infrastruktur. Dari bandara, pelabuhan, jalan tol, kereta api dan factor pendukung pariwisata lainnya. Kami meyakini Tanjung Lesung akan meledak. Jadi kalau tidak investasi sekarang, pasti akan ketinggalan kereta,” ungkap Royanto.
Nah, satu di antara destinasi yang menarik untuk dikembangkan adalah Tanjung Lesung, Banten. Mengapa Tanjung Lesung? Apa yang membuatnya menarik untuk dikembangkan? “Tanjung Lesung itu mirip-mirip seperti Nusa Dua di era 1970-an,” ungkap Royanto.

Kesamaannya memang banyak. Bila di 1972 Nusa Dua dicanangkan sebagai resor wisata terpadu Pariwisata, Tanjung Lesung sekarang sudah ditetapkan ke dalam salah satu destinasi prioritas. Nusa Dua punya daerah komersial utama di Denpasar dan Kuta. Sementara Tanjung Lesung punya Cilegon, Serang.
“Yang membedakan ketersediaan akomodasi. Nusa Dua sekarang punya 4.000 kamar, 14 hotel bintang lima dan 2 service apartment. Nusa Dua juga sudah memiliki 2 pusat konvensi, pusat perbelanjaan, layanan antar-jemput dari daerah komersial terdekat. Sementara Tanjung Lesung dimulai dari 105 kamar yang terdapat di Tanjung Lesung Beach Hotel dan Kalicaa Resort. Tapi saat ini sudah ada fasilitas Sailing club, Golf Driving range, klub pantai, real cluster dan desa wisata,” papar Royanto.

Meski sudah kalah start jauh dari Nusa Dua, Royanto menilai Tanjung Lesung tetap punya potensi mengejar ketertinggalan. Yang pertama, Tanjung Lesung sangat diuntungkan dengan lokasi yang tak terpaut jauh dengan Jakarta. Jaraknya dengan Jakarta hanya terpaut 160 km. Hanya terpaut 2 km dari Jakarta-Bandung yang berjarak 158 km.

“Jadi Tanjung Lesung sangat mungkin diposisikan sebagai destinasi liburan favorit setelah Bandung. Untuk wisatawan nusantara, ini opsi yang sangat menarik,” papar dia.

Bila diadu apple to apple dengan Bandung, Tanjung Lesung tetap terlihat menarik. Bandung dan Tanjung Lesung sama-sama menawarkan market family, corporate dan MICE. Tapi, aktivitasnya beda jauh. Bandung menawarkan liburan gunung, petualangan, belanja dan kuliner. Sementara Tanjung Lesung menawarkan liburan pantai, watersport, adventure, rhino tur, dan wisata antar pulau.

“Market wisnusnya sangat besar. Dari daa BPS, travelers yang ke Bandung di 2015 jumlahnya mencapai 6.061.094 orang. Jumlah ini sangat mungkin bisa dibelokkan ke Tanjung Lesung karena umumnya wisatawan selalu mencari sesuatu yang baru,” katanya.

Dan kebetulan, Tanjung Lesung punya segalanya. Wisata alam, petualangan, agri-bisnis, budaya hingga aktivitas olahraga, semua ada di Tanjung Lesung. Aksesnya pun sedang dikebut pemerintah Jalur tol Serang-Panimbang, reaktivasi jalur kereta api, marina, Airstrip, Panimbang Airport, Mass Rapid Transit (MRT) rute Serpong-Tangerang-Rawa Buntu, semua sedang digarap. “Kalau akses dibuka dengan tol, maka mobilitas orang dari Jakarta ke Tanjung Lesung semakin cepat. Jarak dari tol ke tol sepanjang 170 kilometer itu tidak lelah di jalan. Tidak buang waktu di kemacetan, akan menjadi daya tarik yang kuat ke domestic market Jakarta,” kata Royanto.

Amenitasnya? Meski belum sebanyak Nusa Dua dan Bandung, Tanjung Lesung sudah menyediakan tempat hunian untuk wisatawan. Hotel, Villa/Cottage, Boutique Eco-Resort, homestay, Hunting Lodge, semua ada. “Tanjung Lesung sekarang sedang bangkit setelah mati suri selama 24 tahun. Dengan fasilitas dasar yang tersedia, Tanjung Lesung jadi semakin hidup. Ini proyek percontohan bagaimana pembangunan ekonomi dimulai dari daerah pinggiran. Tanjung Lesung adalah Paradise on The West Coast,” ujar Royanto.