Sukses

Potret Rumah Impian yang Dibangun dengan Rp 113 Ribu

Seorang pria asal Selandia Baru, David Gell, membangun rumah impiannya dengan biaya Rp 113 ribu.

Liputan6.com, Jakarta Bagi kebanyakan orang, rumah impian mungkin digambarkan sebagai hunian mewah dengan fasilitas yang lengkap. Namun, bagi seorang pria asal Selandia Baru ini, rumah impian adalah hunian sederhana yang sesuai keinginannya.

Adalah David Gell, pria yang telah menemukan rumah impiannya. Ia berhasil membangun rumah impian dengan dana 12 Dollar Selandia Baru atau setara dengan Rp 113 ribu.

Meski terletak di tengah hutan, rumah tersebut nyaman, hangat, kering, dan memiliki fungsi layaknya rumah kebanyakan. Gell pun telah menempati rumah tersebut sejak lima tahun terakhir.

"Rumah ini awalnya dibangun oleh temanku yang sekolah arsitektur. Ia mendirikan rumah dengan desain tenda yang terjangkau pada 2008," jelas Gell dalam video Living Big In A Tiny House, yang dilansir pada Kamis (17/11/2016).

Rumah tengah hutan yang dibangun dengan biaya 12 Dollar Selandia Baru.

Namun pada 2011, temannya pergi dari rumah itu. Gell pun melengkapi fasilitasnya dan menempatinya hingga saat ini.

Rumah unik Rp 113 ribu

Rumah itu dibangun di atas level kayu, dengan atap berstruktur bambu. Namun jangan bayangkan rumah itu tampak seperti tenda tipis karena begitu masuk, ternyata selimut dari kain-kain tebal dan wol menyelubunginya.

Semua material itu didapatkan dengan gratis, mengambil barang yang tidak lagi dipakai orang. Maka Gell hanya membutuhkan sedikit uang untuk membangunnya.

Rumah tengah hutan yang dibangun dengan biaya 12 Dollar Selandia Baru.

Rumah memiliki sistem perapian yang baik sehingga tetap hangat di udara dingin. Selain itu level kayu juga menjaga rumah tetap kering.

Dapur dan kamar mandi berada di luar. Namun Gell tidak selalu memasak untuk makan, sehingga itu bukan menjadi masalah.

Rumah tengah hutan yang dibangun dengan biaya 12 Dollar Selandia Baru.

Hidup di tengah hutan, Gell juga tidak memiliki sumber listrik ataupun internet. Namun, justru ia bahagia dan nyaman dengan itu. Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk betah dalam 'penderitaan', bukan?

Gell membuktikan bahwa kebanyakan orang berusaha memenuhi kebutuhan yang terlalu tinggi dari apa yang sebenarnya mereka butuhkan.

Video Terkini