Liputan6.com, Jakarta Usia terus bertambah, akan tetapi belum juga menemukan pasangan yang cocok. Ada dua kemungkinan, jodoh belum saatnya muncul atau Anda mengidap Prince Charming Syndrome. Pilih-pilih pasangan memang wajar, bahkan memang seharusnya demikian. Sebab setiap orang tentunya memimpikan kebahagiaan bersama pasangannya. Untuk itulah, setiap orang menaruh harapan pasangannya haruslah memenuhi kriteria atau standar yang diinginkan.
Masalahnya, bagaimana jika semua kandidat yang tengah mendekati Anda ternyata tak satupun yang menurut Anda bisa menjadi Mr. Right. Yang terjadi kemudian, satu demi satu pria yang mendekati Anda "berguguran" karena Anda tak juga merespon sinyal cintanya. Bagi Anda, pria-pria itu penuh dengan kekurangan. Si A kurang ini, sementara si B kurang itu, dan sebagainya, hingga, kok, rasanya tak ada yang sreg. Prince Charming Syndrome? Bisa jadi demikian. Sampai kapan Anda akan terus-terusan, keukeuh, dengan prinsip Anda dalam mencari jodoh? Hati-hati, jangan sampai sikap tersebut malah justru mengorbankan kebahagiaan Anda.
Baca Juga
Menurut Fox News Magazine, Prince Charming Syndrome muncul karena pada dasarnya setiap orang memiliki kebutuhan. Kebutuhan itu seperti misalnya, kebutuhan spiritual, sosial dan juga material. Lantas, adanya kebutuhan itu mengejawantah dalam hal memilih pasangan. Umpamanya saja, seorang wanita menginginkan pasangannya haruslah pintar, mapan, dewasa, dan sebagainya.
Hal lain yang bisa memicu seorang wanita mengidap Prince Charming Syndrome, yakni karena ia butuh rasa aman. Ia butuh diyakinkan oleh pasangannya bahwa ia tidak akan dikhianati, disakiti atau ditinggalkan.
Advertisement
Memang benar, hal itu juga menjadi harapan setiap orang, tetapi pada kenyataannya siapa, sih, yang bisa menjamin bahwa sebuah hubungan cinta itu bisa kekal, tanpa sandungan apa pun? Mereka yang mengalami Prince Charming Syndrome juga biasanya memiliki ekspektasi berlebihan terhadap calon jodoh idamannya. Bahkan cenderung tidak realistis.
Punya ekspektasi itu sah-sah saja. Ada wanita yang mengidamkan pria yang pintar otaknya, luas pergaulannya. Ada pula, mereka yang soal penampilan juga menjadi standar wajib.
Masalahnya adalah jika seseorang terlalu memegang teguh kriteria pria idamannya, tanpa mau sedikitpun menerima kekurangan orang lain. Padahal, kenyataannya jelas tak ada orang yang sempurna. Kalau mau dicari kemanapun, ya tidak bakal ketemu. Toh, Anda juga bukan orang yang sempurna seutuhnya.
Jadi bersikap realistis itu perlu, setiap orang yang tampaknya punya kelebihan, di balik itu dia juga memiliki kekurangan, pun demikian, mereka yang kelihatannya ada kekurangan, sebenarnya dia juga memiliki kelebihan.
Menurut psikoterapis, Dr. Robi Ludwig, dalam mencari jodoh yang sempurna jika Anda sudah terpanah cinta, biarkan intuisi Anda yang bekerja. “Tanyakan pada diri Anda sendiri, apa yang benar-benar bisa membuat Anda bahagia? Kalau bersama dengan si dia bisa membuat Anda bahagia, saatnya untuk memilihnya menjadi pendamping Anda. Memilih pendamping juga butuh keberanian, selain cinta tentunya. Berani, nggak, Anda mengambil risikonya? Sebab sudah pasti nantinya akan ada area di mana Anda merasa nyaman dan ada saatnya Anda merasa tidak nyaman dengannya,” saran Dr. Robi.
Ficky Yusrini