Liputan6.com, Yogyakarta Kuliner menjadi daya tarik tersendiri dalam pengembangan dunia ekonomi dan wisata. Hal ini yang mendorong Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk mengembangkan sektor kuliner.
Hanifah Makarim, Kesubdit Dana Masyarakat Direktorat Akses Non Perbankan Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif mengatakan, pihaknya memiliki konsentrasi yang cukup tinggi dalam mengembangkan sektor kuliner ini. Sejalan dengan hal itu, untuk pertama kalinya Bekraf menggelar Foodstartup Indonesia di Westlake Resort Yogyakarta. Acara ini digelar sejak 28-30 November 2016 menjadi program kerja pertama Bekraf dalam upaya menjaring usaha kuliner.
Baca Juga
"Ini pertama kali kami adakan jadi ini pilot project. Awalnya kami ini Jogja dan Jateng tapi ternyata yang daftar Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Yang terpilih ini pun banyak dari luar Jawa," ujarnya di Westlake resort, Rabu (30/11/2016).
Advertisement
Hanifah mengatakan, Foodstartup pertama diikuti lebih dari 700 pendaftar dari seluruh Indonesia. Dari jumlah itu tersaring lima puluh usaha kuliner, untuk kemudian disaring kembali menjdi 25 usaha, dan akan dikerucutkan menjadi 10 usaha terpilih yang akan dibantu Bekraf untuk menemukan investor.
"Kita tidak beri hadiah tapi kita manfaat. Jadi kita kasih kesempatan lebih bertemu dengan investor. Jadi di tahun depan akan ditindak lanjuti. Jadi kami diagnosa dulu kebutuhannya apa sih. Nanti kita pertemukan dengan investor jadi ada yang produk bagus dia butuh pemasaran kita kasih bimbingan di pemasaran," ujarnya.
Hanifah lebih lanjut mengatakan, acara ini juga diikuti para investor yang langsung datang ke Yogyakarta. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada investor yang tertarik dengan usaha kuliner ini dan langsung dealing. Melihat antusias investor dan usaha kuliner, Bekraf berencana kembali menggelar acara serupa di seluruh Indonesia.
"Tahun depan akan bikin project ini seluruh indonesia. Bandung tempat makanannya banyak lalu makasar medan lalu kami ambil pemenang nanti final di Jakarta," ujarnya.
Sementara itu Endi Dwi hartomi Co founder dari Valmay Mie mengaku tertarik dengan kegiatan Bekraf ini. Sebab usahanya berupa produk mi instan alami, stick, kaldu ayam sapi membutuhkan modal. Sebab jika usahanya mendapat modal dari investor maka akan semakin meningkatkan omzet. Ia berharap para investor tertarik dengan usaha yang dijalankan.
"Kami punya potensi dan pasar tapi modal kurang karena banyak yang minta konsinyasi tempo dua minggu bagus biasanya dua bulan. Padahal kami produksi bisa sampai 65 karton per hari satu karton isi 60," ujar finalis 25 besar ini.
Senada dengan Endi, Marketing Valmay Mie Nurohmah menjelaskan saat ini distribusi produknya sudah merambah pasar luar negeri. Namun begitu tambahan dana dapat memicu usahanya semakin cepat berkembang. Sebab penikmat mi buatanya sudah semakin banyak.
"Seluruh Indonesia ke Hong Kong, Prancis. Mereka minta mi instan dan rasa juga minta seperti itu, aneka rasa dengan zat yang sehat," ujarnya. (Yanuar H)