Sukses

Indeks Borobudur Tertinggi, Ini Kata Kadispar Jawa Tengah

Kementerian Pariwisata baru saja memberikan penghargaan kepada daerah-daerah tujuan wisata dengan indeks daya saing wisata tertinggi.

Liputan6.com, Jakarta Sebagai apresiasi kepada daerah tujuan wisata, pemerintah pusat menyelenggarakan acara Anugerah Indeks Daya Saing 10 Destinasi Prioritas Kepariwisataan Indonesia di Ballroom 3C, The Ritz Carlton Pasific Place, Jakarta, Kamis malam, (8/12/2016). Borobudur didapuk menjadi destinasi dengan indeks daya saing pariwisata tertinggi di Indonesia, diikuti Wakatobi, Tanjung Kelayang, dan Labuan Bajo.

Penilaian indeks sendiri mengacu pada global Travel and Tourism Competitive Index (TTCI) World Economic Forum dan United Nations World Organization yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dengan berbagai indikator, antara lain policy support (prioritas pariwisata, keterbukaan regional, daya saing harga, environment sustainability), tourism enabler (lingkungan bisnis, keamanan, kesehatan dan kebersihan, SDM dan tenaga kerja, kesiapan teknologi informasi), infrastructure (infrastruktur bandara, infrastruktur pelabuhan dan darat, infrastruktur pelayanan pariwisata), dan natural & cultural resources (sumber daya alam dan sumber daya budaya).

Kadis Pariwisata Jawa Tengah Prasetyo Aribowo saat ditemui Liputan6.com di sela-sela acara mengatakan, penghargaan ini menjadi prestasi bagi masyarakat dan pemerintah daerah sebagai bentuk motivasi dari Kementerian Pariwisata untuk terus bekerja membangun pariwisata Borobudur.

“Kita kerahkan semua cara untuk membangun kebersamaan dalam mendorong Borobudur sebagai destinasi prioritas. Kita tidak bekerja sendiri, kita bekerja bersama masyarakat. Sekarang Borobudur dengan desa wisata yang ada di sekitarnya sudah menjadi destinasi favorit. Sekarang orang datang tidak hanya ke candi, tapi juga bisa berkunjung ke desa wisata yang ada di sekitarnya,” ucap Prasetyo.

Lebih jauh dirinya menuturkan apabila destinasi wisata hanya bergerak sendiri sementara masyarakat tidak terlibat dan tidak mendapat manfaat, maka semuanya menjadi percuma. “Dulu Borobudur dikunjungi jutaan orang, tapi masyarakatnya tidak merasakan apa-apa. Sekarang mulai banyak sekali paket-paket wisata yang ditawarkan masyarakat, industri kecil menengah berkembang di sekitar Borobudur yang sudah semakin baik. Ada dampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat dan kepercayaan banyak orang juga terus meningkat,” kata Prasetyo.

Tak hanya itu, program 100 ribu homestay yang ditawarkan pemerintah pusat juga menjadi angin segar bagi perkembangan industri pariwisata di Borobudur. Prasetyo sendiri mengakui homestay di sekitar Borobudur sudah berkembang pesat. “Kami perlu sosialisasikan lagi. Banyak masyarakat belum tahu detailnya seperti apa, siapa bank-nya, berapa tingkat bunganya. Jadi nanti kita perlu duduk bersama dengan kementerian,” kata Prasetyo.

Melihat keberhasilan Borobudur pada 2015 yang mampu mendatangkan 268 ribu wisatawan dan 300 ribu lebih wisatawan pada tahun ini, di 2017 Borobudur menetapkan target kunjungan 450 ribu wisatawan. “Karena tahun depan target Jawa Tengah kita mau 2 juta wisatawan. Borobudur kita targetkan, bicara Borobudur berarti bicara Magelang, itu sekitar 450 ribu,” ungkap Prasetyo.