Liputan6.com, Jakarta Rasa kagum muncul saat berada di lantai 148 Burj Khalifah, gedung pencakar langit tertinggi dunia yang berada di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Kekaguman itu tak berkesudahan saat Liputan6.com bersama Zeno Group berkesempatan mengunjungi gedung setinggi 555 meter itu, Sabtu (17/12/2016).
Baca Juga
Dengan kunjungan bertema A Taste of Dubai itu, kemegahan gedung yang mendapat penghargaan Global Icon dari Dewan Bangunan Tinggi dan Habitat Urban (CTBUH) itu sangat terasa saat dilihat dari dekat.
Advertisement
Pengalaman yang mengagumkan itu dimulai dari perjalanan sekitar lima menit menggunakan kendaraan roda empat dari penginapan kami di Downtown. Lokasi yang berdekatan dengan Burj Khalifa.
Di samping lalu lintas yang teratur dan lokasi yang berdekatan antara penginapan dengan Burj Khalifa, hari itu kebetulan memang saat akhir pekan di kota ini. Sehingga perjalanan pun sangat cepat.
Sekitar pukul 09.05 waktu Dubai, kami tiba di Mall Dubai. Untuk menuju Burj Khalifa, pengunjung harus menyusuri pusat perbelanjaan itu sekitar 30 menit dengan berjalan kaki.
Sambil melewati mal, mata dimanjakan dengan aneka barang-barang mewah yang terpajang di stan yang sebagian besar masih tutup. Alhasil, perjalanan dengan berjalan kaki itu tak terasa.
Beruntung, saat tiba di loket masuk menuju Burj Khalifa, antrean belum begitu banyak. Sehingga hanya mengantre sekitar 30 menit. Harga tiket dibanderol bervariasi, mulai harga normal sampai VVIP dan lantai yang akan dikunjungi, yakni lantai 125 dan 148.
Harga Tiket hingga Jutaan
Harga tiket normal untuk lantai 125 pada pukul 09.00 hingga 15.00 waktu Dubai, yaitu AED 125 atau setara Rp 462 ribu. Jika sudah memasuki sore hari, pukul 16.00 hingga 18.00, harga tiket semakin mahal yakni AED 200 atau Rp 740 ribu.
Sementara, tiket normal menuju lantai 148 seharga AED 350 atau Rp 1,3 juta. Sedangkan harga tiket pada sore hari, dibanderol dengan harga AED 500 atau setara Rp 1,9 juta. Tapi harga itu akan terbayar jika sudah berada di puncak Burdj Khalifa dan pelayanan yang ada.
Setelah mengantre sekitar 30 menit, pengunjung mulai memasuki pemeriksaan dengan alat pemindai demi keamanan. Begitu juga dengan barang-barang bawaan. Sebelum di pintu pemeriksaan, pengunjung dimanjakan dengan miniatur Burj Khalifa.
Seorang pemandu perempuan menjelaskan sekilas tentang sejarah sampai aturan yang harus dilakukan selama mengunjungi Burj Khalifa, sebelum masuk ke lift.
Perjalanan dari mal menuju lift memakan waktu sekitar 15 menit dengan berjalan kaki, yang diawali menggunakan eskalator. Sepanjang perjalanan ini, kami disuguhi dengan berbagai layar besar tentang Burj Khalifa.
Sebelum memasuki lift, lagi-lagi sang pemandu mengingatkan kepada para pengunjung tentang aturan sekaligus tentang hiburan saat berada dalam lift. Rasa penasaran kami pun mulai tergugah, saat melihat pintu lift itu tertutup mengangkut pengunjung di depan antrean kami.
Suara tiga dimensi dengan lampu grafis menyorot ke pintu lift berbentuk bilangan, membuat kami terkesima. Efek suara seperti lift melaju dengan kecepatan kencang dan bilangan penghitung lantai, menjadi hiburan tersendiri bagi kami sebelum memasuki lift.
Selang lima menit kemudian, giliran kami memasuki lift berkapasitas sekitar 20 orang itu. "Kalian siap menaiki puncak Burj Khalifa? Semoga kalian menikmati kunjungan ini," ujar perempuan berwajah Asia itu sambil mempersilakan kami memasuki lift.
Advertisement
Bioskop Mini dalam Lift
Sebelum pintu lift tertutup, sang pemandu meminta para pengunjung menghadap ke arah belakang, membelakangi pintu lift. Setelah lift penuh, pintu pun tertutup. Dengan lampu temaram, tiba-tiba muncul suara tiga dimensi dan lampu grafis di setiap sudut lift.
Selama dalam lift tersebut, mata kami dimanjakan efek suara dan cahaya, seperti menyaksikan bioskop mini tentang Burj Khalifah. Seolah-olah membawa kami ke langit tertinggi di dunia hingga tak terasa kami sudah tiba di lantai 148.
Jamuan selamat datang dengan jus orange di atas meja dan hamparan sofa yang empuk, terabaikan. Begitu kami keluar dari lift, semua mata tertuju ke lanscape di balik jendela kaca. Sambil tertegun, kaki kami terus menyusuri sisi-sisi jendela kaca. Sejauh mata memandang berdiri gedung-gedung tinggi pencakar langit dan hamparan lautan yang membiru.
Cuaca yang cerah pagi itu, membuat pemandangan langit di atas kota Dubai begitu indah dan mempesona. Keeksotisan kota yang moderen itu membuat kami tak bosan-bosan memandangi keindahan pemandangan di setiap sisi Burj Khalifa. Sepertinya kami enggan beranjak dari jendela untuk menikmati kemegahan Dubai, meski muncul ketakutan saat melihat ke dasar gedung.
Tak lupa, kami pun mengabadikan momen langka ini sambil menikmati jus orange di balkon, yang dilengkapi empat set sofa menghadap ke sisi barat. Sementara, di ruangan dalam lantai 148 itu juga dilengkapi tiga set sofa berukuran besar, lengkap dengan bar, yang sekaligus bisa dilalui menuju ke sisi timur. Di sisi ini, selain lebih luas bagian atap balkon juga terbuka, sehingga banyak dimanfaatkan untuk berfoto.
Di lantai tertinggi ini, pengunjung juga tak perlu khawatir jika tak membawa kamera. Karena fotografer handal sudah siap mengabadikan momen istimewa ini. Tentu harus membayar dengan harga yang relatif terjangkau. Setiap pengunjung yang meminta difoto juga tidak harus membayar hasil jepretan sang fotografer yang berada di lantai dasar.
Setelah hampir satu jam berada di lantai teratas Burj Khalifa, giliran kami singgahi lantai 125 dan 124. Di sini rupanya lebih ramai karena selain harga tiket lebih murah, juga kapasitasnya lebih luas. Di sini kami banyak menikmati fasilitas yang ada, di antaranya kamera jarak jauh dengan layar lebar secara gratis.
Dengan kamera ini, kita bisa mengarahkan sesuka kita lokasi yang diinginkan, lengkap dengan nama tempat tersebut. Teropong ini dilengkapi dengan lensa pembesar, sehingga bisa melihat tempat dengan jarak jauh secara lebih dekat. Seperti melihat pulau buatan Dubai, Burj Al Arab, pantai Jumairah dan lainnya.
Foto Studio Mini
Tak hanya itu, di lantai 125 juga dilengkapi dengan spot untuk berfoto karena setiap sisinya adalah jendela kaca besar. Ada juga animasi dengan efek cahaya tentang Burj Khalifa dan beberapa destinasi di Dubai. Bagi yang ingin berbelanja berbagai sovenir, di sini juga sangat lengkap, mulai dari harga AED 25 atau Rp 90 ribu hingga puluhan juta rupiah.
Puas dengan lantai 125, kami mencoba menuruni lantai 124 melalui tangga berarsitektur klasik modern. Di sini juga terdapat balkon yang dilengkapi foto studio mini, yang dapat digunakan untuk foto beramai-ramai maupun sendiri. Ada juga ruangan berisi tempat duduk bergantung seperti ayunan dengan desain modern, yang dapat digunakan untuk bersantai.
Tak terasa waktu sudah lebih dari sejam menikmati kemegahan Dubai dari atas Burj Khalifa. Dengan langkah berat, kami akhirnya menyudahi kunjungan ke gedung pencakar langit itu melalui lift yang sama. Namun jalan keluar kali ini berbeda, kami harus berjalan menyusuri anak tangga dan lorong sekitar 15 menit.
Di lorong-lorong tersebut, kami disuguhi dengan poster besar tentang sejarah berdirinya Burj Khalifah. Mulai dari tahap perencanaan, proses pembangunan, hingga finishing yang melibatkan lebih dari 380 pekerja terampil menginstal cladding eksterior.
Burj Khalifa mulai dibangun pada Mei 2007 dan finishing pada September 2009. Para pekerja bekerja sangat cepat untuk menginstal 175 panel dalam satu hari. Hingga akhirnya Dewan Bangunan Tinggi dan Habitat Urban (CTBUH) menganugerahkan penghargaan Global Icon pada Burj Khalifa pada 2010.
Setelah menyusuri eskalator dan lorong, kami tiba di pintu keluar yang langsung terhubung ke Mall Dubai. Di sini para pengunjung dapat mengambil foto dengan harga yang cukup terjangkau. Berbagai sovenir juga tersedia di toko ini, mulai dari gantungan kunci hingga pameran mobil James Bond yang digunakan dalam film Designing 007: 50 Years of Bond Style.
Satu kata untuk mewakili petualangan selama lebih sejam itu, yakni mengagumkan. Semoga Anda dapat ikut merasakan pengalaman mendebarkan ini pada kesempatan lain yang lebih istimewa. (Roman)
Â
Advertisement