Liputan6.com, Jakarta Berhubungan dengan orang yang salah tampaknya menjadi budaya bagi orang-orang yang baru saja memasuki usia 20-an. Namun, bukankah melelahkan untuk merindukan orang yang sebenarnya tidak tertarik pada Anda secara emosional?
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari mydomaine.com, Minggu (25/12/2016), jika Anda mengalami hal ini, mungkin ada dua pertanyaan besar yang juga menghantui Anda. Pertama, mengapa terus menerus tertarik pada seseorang yang nyatanya tidak bisa Anda miliki? Kedua, mengapa begitu sulit untuk berhenti berharap pada orang yang salah?
Menurut Hellen Fisher, antropolog, peneliti, dan penulis Why We Love, jawabannya ada pada respon saraf di otak.
"Ketika seseorang menolak Anda, hal tersebut justru membuat Anda ketagihan. Penolakan ini merangsang bagian otak yang berhubungan dengan motivasi, penghargaan, kecanduan, dan ngidam," papar Hellen.
Untuk mencapai hasil tersebut, Hellen dan beberapa rekannya melakukan penelitian terhadap otak dari 15 pria dan wanita paruh baya yang baru saja mengalami penolakan, namun masih memiliki perasaan cinta yang mendalam. Selama pemindaian MRI, para peserta ditunjukkan foto orang yang menolak mereka, kemudian mereka diminta untuk menyelesaikan soal matematika sederhana, dan terakhir, mereka ditunjukkan foto orang yang akrab dengan diri mereka, namun tanpa perasaan romantis.
Selama latihan pertama, tim melihat aktivitas di daerah otak yang berhubungan dengan motivasi, penghargaan, keinginan, dan kecanduan. Dengan kata lain, situasi ini mirip seperti orang yang kecanduan obat. Perbedaannya, yang membuat orang-orang ini kecanduan bukanlah obat, melainkan emosional atau perasaan cinta.
Jadi, mengapa Anda masih saja berharap pada orang yang salah atau tidak bisa Anda miliki?
"Aspek lain harus dilihat dari penilaian orang yang ditolak. Ketika seseorang tidak bersedia berada di dalam sebuah hubungan, orang tersebut akan memiliki nilai tambah. Mengapa? Karena orang yang ditolak akan terus membayangkan berbagai hal yang mungkin terjadi," papar Hellen.