Liputan6.com, Jakarta Berbicara tentang ciuman, banyak faktor yang harus dibahas. Sebenarnya ciuman adalah hal menjijikkan yang dilakukan oleh manusia karena mereka akan bertukar sekitar 80 juta bakteri. Namun, mengapa hampir setiap orang mengingat momen ciuman pertama mereka?
Dilansir dari bbc.com, Jumat (13/1/2017), beberapa penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh manusia di dunia melakukannya, sehingga ciuman dianggap sebagai perilaku manusia yang universal. Apa sebenarnya alasan di balik ciuman? Ternyata, ada alasan mengapa hewan tidak melakukannya dan hampir semua manusia melakukannya.
Advertisement
Baca Juga
Menurut sebuah studi terbaru, dari 168 budaya di seluruh dunia, hanya sekitar 46% yang menganggap ciuman dalam artian romantis. Perkiraan sebelumnya mencapai 90% dengan mengikutsertakan ciuman orang tua kepada anaknya. Saat ini ciuman romantis dibatasi hanya pada bibir ke bibir antara pasangan.
Zaman dahulu banyak kelompok berburu menganggap bahwa ciuman adalah tindakan yang kotor atau memuakkan. Hal ini membuktikan bahwa nenek moyang mereka juga tidak melakukan ciuman.
Menurut Rafael Wlodarski dari University of Oxford, Inggris, ciuman adalah perilaku yang baru-baru ini dilakukan.
Bukti tertua yang pernah ditemukan berasal dari berbagai teks Hindu Veda Sansekerta pada 3.500 tahun yang lalu. Di sini, ciuman digambarkan sebagai menghirup jiwa manusia lainnya. Sedangkan pada hieroglif Mesir ditemukan gambar dua orang saling berdekatan dan menekankan bibir satu sama lain. Jadi, di sini dapat disimpulkan bahwa ciuman bukan sesuatu yang dilakukan secara alami, tetapi sebuah budaya yang dibuat.
Hal ini berbeda dengan banyak hewan yang memiliki kekerabatan terdekat sekalipun dengan manusia. Hewan tidak perlu merasa dekat satu sama lain untuk mencium dan menemukan pasangan baik. Di sisi lain, manusia memiliki tingkat sensitivitas tertentu terhadap bau dan menganggap bau sebagai faktor penting dalam memilih pasangan.
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 1995 memperlihatkan bahwa kaum wanita sama halnya dengan tikus, lebih menyukai bau pria yang secara genetik berbeda dari mereka. Ini dianggap sebagai hal yang wajar karena kawin dengan seseorang yang memiliki gen berbeda terbukti dapat menghasilkan keturunan yang lebih sehat, dan ciuman adalah salah cara untuk mengetahui gen pasangan.
Pada tahun 2013, Rafael melanjutkan penelitian tentang ciuman dengan meminta ratusan orang menyebutkan apa faktor terpenting saat berciuman dengan pasangan mereka. Dan secara mengejutkan, jawabannya adalah bau, terutama ketika pasangan mereka berkeringat.
Melalui hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciuman adalah salah cara agar dapat diterima secara budaya, mendekatkan diri kepada orang lain, dan mendeteksi feromon (hormon yang membantu manusia dalam memilih jodoh) pasangan. Dalam beberapa budaya, perilaku mengendus berubah menjadi kontak bibir. Namun, sulit diketahui kapan hal ini mulai terjadi.