Liputan6.com, Jakarta Seperti yang diketahui oleh banyak orang, Amerika Serikat merupakan negara paling bahagia di dunia. Salah satu contohnya adalah emoji tersenyum yang dibuat pada 1963.
Namun, hal serupa tidak terjadi di Portugal. Di negara ini, tidak ada yang peduli bagaimana hari Anda berlangsung, karena sebagian besar orang akan mengalami hari yang buruk. Jika Anda bertanya pada orang Portugis, jawaban paling antusias yang akan didapatkan adalah "mais ou menos" atau biasa saja, seperti dilansir dari bbc.com, Rabu (11/1/2017).
Advertisement
Baca Juga
Budaya Portugal yang melankolis sangat sulit untuk dilewatkan. Anda akan melihatnya dengan sangat mudah dari raut wajah muram masyarakatnya, sangat berbeda dengan Thailand yang dijuluki sebagai Land of Smiles.
Ya, Portugal menempati peringkat ke 93 dari 157 negara di dunia, tepat setelah Lebanon sebagai negara tersedih dalam UN’s latest World Happiness Report. Tapi jangan terlalu cepat simpati, karena sebenarnya masyarakat Portugal sangat menikmati hal ini.
Banyak orang justru berasumsi bahwa Portugis mengajarkan sukacita dalam kesedihan yang biasa disebut "saudade." Saudade diartikan sebagai sebuah kerinduan, rasa sakit akibat pengalaman kesenangan yang begitu besar. Sama halnya dengan nostalgia, namun seseorang juga bisa merasakan saudade untuk hal yang tidak pernah ia miliki.
Apa yang membuat saudade menarik adalah toleransinya. Di Portugal, masyarakatnya terbiasa berbagi perasaan. Bahkan, di beberapa restoran Portugal, koki akan menyajikan cokelat sebagai makanan pembuka yang diberi nama saudade, dan tentu saja rasanya pahit.
Beberapa studi melakukan penelitian kepada orang-orang Portugis, salah satu studi yang diterbitkan pada tahun 2008 dalam Journal of Experimental Social Psychology menemukan bahwa rasa sedih dapat meningkatkan ingatan orang tersebut. Menurut Joseph Forgas, psikolog dan penulis, seseorang akan lebih mudah mengingat rincian saat hujan, ketimbang cuaca cerah.
Studi lain menunjukkan bahwa rasa sedih juga meningkatkan penghakiman. Dalam studi kasus tersebut, beberapa peserta diminta untuk menonton sebuah video laporan pencurian dan mencari tahu siapa pelakunya. Para pelaku yang mengalami emosi negatif saat itu terbukti lebih akurat dalam mengidentifikasi tersangka.
Bahkan, musik sedih juga terbukti memiliki manfaat. Stefan Koelsch dan Liila Taruffi, peneliti dari Free University, Berlin melakukan survei terhadap 772 orang di seluruh dunia dan menemukan bahwa musik sedih memiliki manfaat positif yang berbeda-beda, sesuai dengan budaya. Bagi masyarakat Eropa dan Amerika Utara, musik sedih dapat menimbulkan nostalgia, sedangkan bagi masyarakat Asia, musik sedih digunakan untuk merasakan kedamaian.
Sedangkan di Portugal sendiri, musik sedih dijadikan sebagai soundtrack kehidupan, disebut dengan fado. Fado secara harafiah berarti takdir atau nasib, di mana mengajak masyarakat untuk menerima nasib, bahkan jika itu kejam sekalipun.
Jika Anda memiliki kesempata datang ke Portugal, Anda akan mendengar musik fado di mana-mana, mengingatkan bahwa Anda bisa menerima, bahkan merasa nyaman di dalam kesedihan.