Liputan6.com, Yogyakarta Tidak banyak yang tahu jika di desa Gesik RT 03 Kalipucang Kasongan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat sebuah pondok yang disukai para turis. Tempatnya terkesan sederhana layaknya di desa. Namun mengapa banyak turis khususnya mancanegara datang ke sini?
Bamboo Bottle Homestay yang baru dua tahun beroperasi sejak bulan Oktober 2014, memiliki bangunan yang terbuat dari bambu dan botol. Ada jenis kamar besar dan kamar kecil yang dapat dipilih.
Advertisement
Baca Juga
"Ada gubuk kecil tiga dan besar satu, bisa tambah satu bed jadi total bisa sepuluh orang," kata Josh Handani pemilik Bamboo Bottle Homestay Rabu (11/1/2017).
Josh menceritakan pondok yang dibangunnya ini mampu menarik minat para turis mancanegara karena ada kedekatan dengan warga sekitar. Selama menginap di sini, para tamu yang menginap bisa mengukuti walking tour menyusuri desa Gesik. Desa ini memiliki sentra pembuatan blangkon, gerabah dan beberapa industri lainnya. Tamu diajak untuk mengetahui proses pembuatan industri tersebut.
"Kita di sini itu people to people, jadi kita koneksikan ke warga lokal sini melalui walking tour. Di sini ada pembuatan gerabah, blangkon, dan kreneng. Supaya tahu orientasinya di sini seperti apa dan free. Tapi di sentra itu mereka nanti donasi," ujarnya.
Josh mengaku tidak tahu banyak kenapa pondoknya menjadi idaman para turis. Namun yang jelas setiap tamu yang datang ke pondoknya akan merasakan menjadi warga desa Getak. Selain itu, tempat ini juga jauh dari kebisingan sehingga nyaman untuk menikmati suasana pedesaan.Â
Josh memang ingin membuat para tamu nyaman dan tinggal seperti di rumahnya sendiri. Sekaligus mengeksplore kondisi lingkungan sekitar. Sebab selain pondok, di sini juga ada perpustakaan gratis untuk menumbuhkan minat baca. Bahkan tidak jarang ada tamu yang mendonasikan atau meninggalkan bukunya ke perpustakaan ini. Selain itu juga ada les bahasa Inggris gratis bagi anak anak sekitar dan umum setiap hari Selasa.
"Dulu les bahasa Inggris bayar pakai sampah. Sampah apa saja. Mereka bawa botol, bawa apa saja yang penting sampah. Ini biar tahu sampah ini yang harus kamu atasi. Saya dan anak saya lagi ada proyek botol. Jadi nantinya botol ini bisa dibuat fondasi atau kursi. Sedang kita kembangkan," katanya.
Homestay ini sangat mudah ditemukan karena sudah terdeteksi di Google dan memiliki ciri khas pohon bambu di area pondok ini. Pohon Bambu yang terkesan seram di kalangan masyarakat Jawa kini tak lagi menyeramkan. Karena justru dari bambu inilah banyak turis luar negeri belajar tentang kehidupan di desa dan menjaga lingkungan.
"Kayak sampah, dulu setiap hari ada warga yang bakar sampah khususnya plastik. Nah itu aku siram tapi aku sama anak saya terus ambil plastiknya saya masukkan botol itu. Bisa jadi ecobricks. Sekarang sudah jarang yang bakar sampah lagi," katanya.
Tamu yang menginap memang mendapatkan pengalaman bersosialisasi dan berinteraksi langsung dengan masyarakat sekitar. Namun yang jelas setiap tamu yang pulang dari Bamboo Bottle Homestay akan mendapatkan sesuatu yang berharga, yaitu nilai menjadi manusia yang menjaga dan merawat bumi ini.
"Kamar kecil itu 13 dolar plus sarapan tiga orang. Besar 25 dolar kapasitas makan 4 orang. Air gratis teh gratis setiap saat," kata josh.
Setiap tamu yang selesai menginap di sini akan diberikan satu balok kayu berbentuk kotak. Tamu diberi kesempatan untukmenuliskan kesan dan pesan selama menginap disini. Setelah selesai menulis mereka dapat menaruh nya di sekitar kamar tempatnya menginap. Dijamin pengalaman mereka berkunjung ke Yogyakarta tak akan terlupakan bila menginap di sini.
"Ini dari Jepang bahasanya keliatan. Artinya saya tidak tahu hehe," ujarnya.
(Yanuar H)