Sukses

Badan Bahasa: 13 Bahasa Punah, 9 Kritis, 15 Terancam Punah

Badan Bahasa terus mendorong generasi muda mengenal bahasa daerah sebagai bahasa pertama yang harus dikuasai.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) akan menyelenggarakan Festival Bahasa Ibu pada 21 Februari 2017. Festival yang digelar di Gedung Samudra, Badan Bahasa, Jalan Daksinapati Barat, ini merupakan upaya untuk mengangkat kembali eksistensi bahasa daerah sebagai bahasa ibu yang memperkuat kedudukan bahasa Indonesia.

Ganjar Hwia, Kepala Bidang Perlindungan Pusat Bahasa saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (14/2/2017) mengatakan, “Festival ini menjadi penting dalam rangka pelestarian dan perlindungan bahasa-bahasa daerah. Dalam konteks kebahasaan Indonesia, bahasa ibu anak-anak Indonesia adalah bahasa daerah. Ini dalam rangka revitalisasi. Kita juga mendorong anak-anak dan generasi muda menguasai bahasa daerah sebagai bahasa pertama yang harusnya dikuasai.”

Lebih jauh dirinya mengatakan, Badan Bahasa sendiri telah memetakan 646 bahasa daerah, dan masih ada ratusan bahasa daerah yang belum didata dan dipetakan. Dari jumlah tersebut, baru ada 52 bahasa yang telah dipetakan vitalitasnya, yakni 13 bahasa berstatus punah, 9 kritis, dan 15 terancam punah.

“Data BPS 2011 menunjukkan, 79,5 persen penduduk kita masih menggunakan bahasa daerah di rumah. Suatu tragedi kalau sebuah bahasa daerah punah di rumahnya sendiri,” ungkap Ganjar.

Ganjar juga menyayangkan sikap orang Indonesia yang tidak menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang utama.

“Kalau di daerah berbahasa Inggris dan lingkungan keluarganya berbahasa Inggris ya gak masalah, tetapi kalau konteks di Indonesia ya salah kaprah. Sikap bahasa persepsi bahasa, dan saya meyakini rasa kebangsaan kita rendah kalau itu benar terjadi.
Kita punya moto, utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing,” kata Ganjar menambahkan.

Festival Bahasa Ibu sendiri akan diramaikan dengan acara Seminar yang mengusung tema “Peningkatan Vitalitas Bahasa Daerah untuk Memperkokoh Bahasa Indonesia”. Lomba bercerita ini menggunakan bahasa daerah untuk anak-anak dan inventarisasi kosakata pakaian adat.