Sukses

Korea Utara Menjadi Surga Terakhir Burung Langka di Dunia

Korea Utara diklaim sebagai salah satu negara yang menjadi surga terakhir bagi burung di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Korea Utara diklaim sebagai salah satu negara yang menjadi surga terakhir bagi burung-burung di dunia. Hal ini terkuak dari berbagai penelitian mengenai jalur migrasi burung “East Asian Australasian” yang melibatkan ilmuwan dari New Zealand seperti merilis bbc.com, Senin (20/2/2017).

Meski tertutup dari wisatawan asing, Korea Utara menjadi tempat persinggahan satu-satunya di jalur migrasi burung Australia dan Asia timur. Setiap tahunnya ada 50 miliar burung yang bermigrasi dua kali setahun yang delapan miliarnya merupakan burung pesisir. Dalam perjalanannya, mereka berhenti di pesisir laut kuning di sebelah barat semenanjung Korea.

Kondisi pantai Korea Utara yang penuh lumpur, membantu para burung-burung ini mencari makan. Di dalam lumpur juga, mereka dapat menemukan berbagai cacing hingga kerang kecil yang dapat disantap saat beristirahat. Ternyata, salah satu burung yang terkenal di New Zealand yaitu Burung Kiwi, juga mampir ke Korea Utara dalam migrasi panjang ini.

Burung Kiwi dari New Zaeland yang mampir ke pesisir Korea Utara dalam perjalanan ke bumi bagian utara. (foto : odditycentral.com)

Penemuan oleh para peneliti New Zealand ini cukup mengejutkan, karena di negaranya sendiri, Burung Kiwi sudah sulit ditemui. Dengan berbagai teleskop dan kamera canggih, mereka menemukan fakta bahwa Burung Kiwi beristirahat selama 10 hari di Korea Utara sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke bumi bagian selatan.

Burung Kiwi dari New Zaeland yang mampir ke pesisir Korea Utara dalam perjalanan ke bumi bagian utara. (foto : odditycentral.com)

Fakta lainnya adalah, Korea Utara memiliki daerah yang masih terjaga keasliannya, dibanding dengan Tiongkok atau Korea Selatan yang sudah rusak karena majunya industri di daerah tersebut. Pertanian tanpa pestisida di Korea Utara juga membantu burung untuk tetap terjaga kesehatannya. Mereka melanjutkan penerbangan sembilan hari berturut-turut menjuju tempat selanjutnya, sejauh 12 ribu km ketika musim gugur tiba.