Liputan6.com, Jakarta Aksesori atau perhiasan adalah bentuk kerajinan yang menjadi medium mengungkapkan emosi dalam bentuk visual. Proses pembuatan aksesori berawal dari sebuah konsep dan pemikiran yang terjalin dengan rasa keindahan dan dipengaruhi oleh lingkungan seperti melansir buku Jewelry, The Collection of The National Museum of Indonesia.
Melalui proses evolusi, aksesori dibuat khusus sebagai barang kerajinan yang dipakai di tubuh manusia yang dikenal dengan perhiasan. Berbagai bentuk perhiasan populer di Indonesia di antaranya mahkota, ornamen anting-anting, kalung, gelang, dan gelang kaki. Serta aksesori lainnya seperti kosmetik, topi, tas, dompet, dan pakaian.
Perhiasan Masa Prasejarah
Advertisement
Perhiasan pada masa prasejarah banyak ditemukan di tempat pemakaman. Masyarakat prasejarah mempercayai jika jiwa yang telah mati akan selalu abadi.
Para mendiang leluhur dianggap masih mempunyai pengatuh kuat atas kesejahteraan orang yang masih hidup, terutama soal kesuburan tanah. Biasanya perhiasan-perhiasan tersebut ikut masuk liang kubur.
Pada masa paleometalik, di Indonesia sendiri muncul periode keahlian yang dalam bahasa Bali disebut undagi atau tenaga ahli. Yang artinya sekumpulan orang dengan skill membuat kerajinan.
Perhiasan dari masa klasik
Indonesia menjalin hubungan dengan India sekitar abad ke-3 sebelum masehi. Pada abad ke-1, Indonesia mulai mengimpor tembikar, kaca, dan berbagai bebatuan dan manik-manik dari India.
Pada abad ke-5, Indonesia mulai menulis prasasti di atas batu. Seperti tulisan sansekerta yang ditulis Raja Mulawarkan dalam bahasa sansekerta yang ditemukan di Kutai, Kalimantan Timur.
Elemen budaya etnik dan klasik banyak ditemukan di berbagai pulau. Mulai dari Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Hingga kini penemuan terbesar tentang kebudayaan klasik Indonesia terdapat di Pulau Jawa.
Penampakan perhiasan batu mulia pertama terlihat di gambar dengan bertumpuk menyerupai buah anggur atau segitiga yang ditutupi dengan pengaturan lembar emas yang ditemukan di daerah Jawa.