Liputan6.com, Jakarta Konektivitas udara menjadi salah satu hal penting untuk memaksimalkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia, mengingat 90 persen wisman yang datang ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara.
Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam sambutannya di acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata I-2017, Kamis (30/3/2017) mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi tantangan dalam memaksimalkan konektivitas udara, mulai dari tingkat kecukupan seat capacity, kecepatan perizinan rute baru, hingga pengembangan kapasitas bandara dan pembangunan bandara baru.
“Tersedianya seat yang memadai, untuk mendukung target 15 juta wisman tahun ini dan akan meningkat menjadi 20 juta pada 2019, merupakan persoalan yang harus segera dipecahkan dengan melibatkan semua elemen pariwisata,” kata Arief Yahya.
Lebih jauh dirinya mengatakan, Kementerian Pariwisata punya tiga strategi untuk meningkatkan kapasitas bandara. Pertama, tanpa pembangunan fisik bandara, yaitu meliputi penataan slot time, perpanjangan jam operasi bandara, deregulasi, dan pemanfaatan IT dan SDM. Kedua, melakukan pengembangan fisik bandara terbatas, yaitu meliputi pembangunan taxiway, percepatan penbgerjaan runway dan apron, hingga perluasan bandara yang berstatus internasional. Ketiga, pembangunan bandara baru dalam kurun waktu 2 sampai 3 tahun, termasuk revitalisasi bandara di 10 destinasi prioritas.
“Jepang itu contoh yang bagus, dalam waktu dua tahun jumlah wismannya double. Nah mereka melakukan tiga hal, satu meningkatkan daya saing, keluarkan bebas visa, dan bersinergi sangat bagus, bahwa urusan pertanahan, infrastruktur, transportasi, dan pariwisata harus bersinergi,” ungkap Arief Yahya.