Sukses

Selamatkan Cagar Budaya, Peneliti Panjat Tebing Selama 6 Tahun

Dengan cara memanjat tebing, para peneliti bersama UNESCO berjuang untuk menyelamatkan Lembah Bamiyan yang rusak akibat bom Taliban.

Liputan6.com, Jakarta Panjat tebing menjadi olahraga ekstrem yang digemari oleh para pecinta kegiatan alam. Namun apa jadinya bila panjat tebing ini dilakukan untuk menyelamatkan warisan dunia yang telah rusak? Inilah proses penyelamatan Lembah Bamiyan di Afganistan dalam UNESCO Sharing Session on Bamiyan World Heritage Site and Afghanistan Culture pada Kamis (30/3/2017).

“Karena kerusakan parah akibat pengeboman oleh tentara Taliban pada Maret 2001, banyak bagian tebing di Lembah Bamiyan yang terbelah dan dikhawatirkan akan merusak situs warisan dunia ini” ujar Mohammadi Reza Goulam, UNESCO Kabul, di Balai Konservasi Borobudur, Magelang.

Para peneliti akhirnya memetakan berbagai kerusakan yang terjadi pada dinding tebing dan memutuskan berbagai cara untuk melindunginya. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah merekatkan kembali retakan tebing tersebut dengan kawat dan penyangga khusus, agar posisinya tetap kuat dan tidak terjadi kerusakan lebih lanjut.

Dua patung terbesar di Lembah Bamiyan hancur karena ulah Tentara Taliban pada Maret 2001. Kini tidak ada lagi bagian patung yang bisa diselamatkan. (Foto : Muhammadi Reza Ghulam/UNESCO Kabul)

Untuk melaksanakan perbaikan ini, para peneliti melakukan aksi panjat tebing setiap harinya dengan menggunakan alat pengaman yang lengkap. Selama enam tahun lamanya, mereka berjuang melestarikan cagar warisan dunia dengan cara menggantung di udara.

“Tidak hanya menjaga tebing agar tidak runtuh, UNESCO dengan bantuan berbagai negara akhirnya membersihkan sisa ledakan dua patung Buddha yang sebelumnya ada di Lembah Bamiyan. Tim arkeolog juga membersihkan berbagai bahan peledak yang tidak aktif bekas Taliban di sekitar lembah ini,” tutup Reza.