Liputan6.com, Jakarta Bagaimana bila seluruh kota habis dibantai oleh tangan tentara hingga tidak ada yang tersisa? Inilah kenyataan yang telah dihadapi oleh Kota Shahr-I Ghulghulah, atau yang kini dikenal sebagai City of Screams yang puing-puingnya masih tersisa hingga saat ini di Lembah Bamiyan, Afganistan.
Seperti yang dilansir dari en.unesco.org, Kamis (6/4/2017) kota yang ada dalam warisan dunia UNESCO ini dahulu berdiri denngan tenang di bawah kekuasaan Ghazni yang memerintah dengan kerajaan muslim. Â Pada abad ke-11, dibawah masa pemerintahan Sultan Mahmud of Chanza, kerajaan ini berkembang pesat dan menciptakan banyak arsitektur Islam di seluruh Lembah Bamiyan.
Baca Juga
Pengakuan Korban Selamat Kecelakaan Pesawat Azerbaijan Airlines, Ada Ledakan dan Temukan Pecahan Peluru
5 Cara Mudah Cek Harga Tiket Bus Sinar Jaya Hari Ini dan Cara Pemesanannya, Dapatkan Diskon Menarik
Ada Kereta Panoramic di Rangkaian KA Mutiara Timur Menuju Banyuwangi, Hanya Tersedia Sampai 5 Januari 2025
Pada puncak kejayaannya, dilakukanlah perpindahan ibu kota kerajaan ke tempat yang lebih luas. Perpindahan ini dilakukan oleh Ghurids, yang memerintah pada tahun 1155 hingga tahun 1212. Akhirnya, sebuah istana dibangun dan menghadap ke dua patung Buddha yang berdiri tegak di tebing yang tinggi. Tidak hanya itu, Lembah Bamiyan juga dijaga oleh berbagai menara dan tentara yang berlapis untuk menjaga keamanan ibu kota baru ini.
Advertisement
Namun hal yang mengerikan terjadi, karena pada tahun 1221, kota yang menjadi pusat kerajaan ini diserang habis oleh tentara Mongolia. Semua kejayaan yang pernah berdiri, kini hanya menjadi puing-puing yang kemudian dikenal dengan Kota Tangisan. Hal yang sama juga terjadi dengan dua patung Buddha yang dahulu berdiri tegak di Lembah Bamiyan, kini sudah hancur di bom oleh Tentara Taliban pada tahun 2001.Â