Liputan6.com, Jakarta Sastra lisan merupakan warisan budaya yang sangat beragam di setiap daerah. Karena keberagaman inilah Babasal Mombasa, komunitas pemerhati literasi, sastra dan kesenian di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, menggelar Festival Sastra Banggai 2017 di Kota Luwu pada 20 hingga 23 April 2017.
“Di daerah, literasi hanya miliki sebagian orang yang bergerak di komunitas. Berangkat dari kesadaran ini, Babasal Mombasa berinisiatif untuk menggelar acara pekan sastra yang berskala nasional” ungkap Ketua Panitia Festival Sastra Banggai 2017, Yanti Navarita Malale, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (7/4/2017).
Baca Juga
Festival 76 Indonesia Adalah Kita Tahun 2024 di Jateng dan Jatim Dihadiri hingga 200 Ribu Penonton
Hadir di Pekan Raya, Adventaro Diserbu Pengunjung Berkat Tawarkan Berbagai Keseruan
Seru-seruan Bareng Gen Z di Come See Mie Festival 2024 Bandung, Diajak Main Bersama The Changcuters hingga Jelajah Rasa
Festival yang diadakan bertepatan dengan Hari Buku Internasional pada 23 April 2017 ini juga berupaya menggali kembali sastra lisan dan tulisan yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan tema “Rayakan Kata, Bumikan Ilmu”, kegiatan ini akan melibatkan karya sastra dari kebudayaan Kerajaan Banggai yang tersebar di tiga kabupaten di Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten Banggai Laut.
Advertisement
Berbagai kegiatan bincang sastra, lokakarya penulisan, musikalisasi pusisi, hingga peluncuran buku juga mengisi festival sastra ini. Tidak lupa pula kegiatan pentas seni, bengkel sastra hingga pembuatan film dokumenter akan melibatkan berbagai penulis, seniman hingga akademisi terkemuka.
“Sastra yang menyenangkan butuh sedikit usaha, ini sejalan dengan tema festival tahun ini, Rayakan Kata, Bumikan Ilmu. Itulah sebabnya Festival Sastra Banggai dikemas dalam format yang menghibur dan tak membosankan. Festival ini bertujuan menjangkau banyak orang dari selaga usia, sehingga beberapa kegiatan juga disiapkan untuk menarik minat masyarakat, termasuk ada dongeng untuk pengunjung usia dini.” ungkap Maman Mahayana, Guru Besar Sastra Universitas Indonesia.
Tak hanya soal sastra saja, festival ini juga berkomitmen mengangkat seni budaya lokal sehingga akan ada pementasan sanggar seni yang digelar pada malam hari. Tentunya diharapkan festival yang didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Banggai direncanakan akan menjadi agenda tahunan hingga tingkat internasional.