Liputan6.com, Yogyakarta Ada kabar baik bagi Anda para pencinta ramuan jamu. Di Yogyakarta, tepatnya di Desa Kiringan, Canden, Jetis, Bantul kini telah dibangun Desa Wisata Jamu Gendong.Â
Markus Sutrisno Pemandu wisata Desa Kiringan mengatakan, tak hanya jamu, desa wisata ini juga ditemukan produk pengembangan dari jamu, mulai dari permen jamu, sirup jamu, hingga es krim dan sabun jamu.Â
Baca Juga
Advertisement
"Jamu gendong itu bisa diminum 12 jam. Kalo ada tamu malam hari gimana, makanya jamu dibikin sirup. Sirup siap minum. Satunya kayak sirup lain dengan dihangatkan air dulu. Sirup bertahan 3 bulan," ujar Sutrisno kepada Liputan6.com beberapa waktu silam.
Lebih jauh dirinya menjelaskan, sejak menjadi desa wisata pada 2015, Desa Kiringan mulai banyak dikunjungi wisatawan. Walaupun tidak setiap hari namun kedatangan wisatawan ini dapat menjadikan ekonomi warga juga ikut terangkat. Sebab produk-produk jamu kerap menjadi buah tangan para wisatawan, tak hanya domestik tapi juga wisatawan mancanegara. Bahkan banyak wisman yang ikut pelatihan, mengingat tempat ini juga dilengkapi lahan tanaman jamu untuk pembelajaran.Â
"Tamu-tamu ini belum tiap hari, tapi datang banyak mulai dari sekolah Bogor, Pekalongan juga. Orang asing sudah ada dari Belanda, Australia, India, Amerika, Filipina, hingga Timor Leste. Australia menarik karena ada sampai belajar disini tiga bulan dan jual jamu keliling. Sampai betul-betul mengamati," ungkap Sutrisno.
Sebagai desa wisata ada beberapa paket yang bisa dipilih bagi wisatawan yang datang ke desanya, mulai dari paketan membuat satu resep jamu yaitu misal temulawak instan. Khusus pelajar akan dikenakan biaya Rp 30 ribu. Harga itu sudah mendapat welcoming drink jamu seperti secang beras kencur wedang uwuh. Setelah itu ada pemaparan tentang jamu dan ada filmnya. Setelah itu Wisatawan akan diajak keliling kebon dahulu. Untuk melihat tanaman langsung setelah itu wisatawan baru diajak praktik membuat temulawak, yang hasilnya boleh dibawa pulang.
"Ada paketan bikin jamu dan menginap dua malam tiga hari. Makan minum sesuai dengan mbok ya masing-masing. 100 orang bisalah di homestay kami. Satu rumah ada satu hingga tiga kamar," kata Sutrisno. (Yanuar H)
Â