Liputan6.com, Jakarta Bagaimana bila sosok Kartini, yang memperjuangkan hak wanita untuk belajar, berubah menjadi seorang fashionista? Keganjilan ini hadir dalam sebuah lukisan yang menggabungkan prangko sebagai unsur karya yang ditampilkan oleh Triyadi Guntur Wiratmo.
Dalam pameran tunggalnya yang bertajuk “Between The Lines” di Gedung D, Galeri Nasional, Guntur menyajikan berbagai lukisan yang digabungkan dengan prangko. Tokoh-tokoh yang ditampilkan juga sangat terkenal di kalangan masyarakat, sehingga akan mudah menerima pesan dan maksudnya.
Guntur dalam pembukaan pameran tersebut beberapa waktu lalu mengatakan, “Sejarah adalah sebuah cara untuk mengenali kesalahan masa lalu, sehingga kita bisa melewati masa depan. Sejarah juga harus terus dimaknai karena tidak hanya memiliki satu kebenaran."
Advertisement
Guntur memang berprofesi sebagai pembuat prangko. Ia juga telah melakukan riset yang mendalam tentang prangko. Oleh karena itu, Guntur memiliki kedekatan yang khusus dalam mencipta lukisan prangko.
Figur Kartini, misalnya. Sosok idealis pengusung feminisme dalam lukisan prangko tampak seperti fashionista dengan item-item fashion terkini yang ada di sekitarnya. Guntur mempersilakan setiap orang menilai dan memberi makna lukisan tersebut dengan berbagai arti.
“Desain prangko itu harus detail orangnya dan melihat dari sisi luas. Karena prangko itu kecil, jadi banyak unsur yang hilang saat dikecilkan. Dalam lukisan ini prangko jadi bagian penting untuk meneruskan gambaran sejarah dan memberikan kontradiksi untuk mempertanyakan sejarah tersebut,” ungkap Guntur.
Kartini yang menjadi fashionista hanya salah satu tema dari lukisan prangko yang dibuat Guntur. Tokoh Sukarno, Che Guavara, hingga Adolf Hitler turut hadir dalam lukisan yang bisa dimaknai beragam oleh tiap orang yang melihatnya.