Liputan6.com, Jakarta Batik merupakan sebuah karya seni dan kebudayaan yang sudah diakui oleh UNESCO pada 30 September 2017 sebagai warisan tak benda bangsa Indonesia. Tentunya berbagai unsur yang ada dalam pembuatan batik sendiri perlu selalu dikembangkan dan diterapkan ke seluruh pengrajin batik. Untuk itu, Yayasan Batik Indonesia akan menggelar kegiatan Gelar Batik Nusantara sebagai ajang memasyarakatkan kembali penggunaan batik pewarna alami.
“Yayasan Batik Indonesia sendiri lahir 20 tahun yang lalu uuntuk melestarikan, mengembangkan, dan memasyarakatkan batik di seluruh Indonesia. Salah satu programnya adalah penyelenggaraan Gelar Batik Nusanara dua tahun sekali untuk mendapatkan para pembatik dan mengembangkan bati kreasi baru,” ungkap Jultin Ginandjar Kartasasmita, Ketua Umum Dewan Pengurus Yayasan Batik Indonesia saat peluncuran GBN 2017 di Galeri Indonesia Kaya, beberapa waktu lalu.
Gelar Batik Nusantara yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center pada 7-11 Juni 2017 ini bertemakan “Pesona Batik Warna Alam”. Hal ini didasarkan karena sejarah panjang pewarnaan alami dalam perjalanan perkembangan batik hingga saat ini. Didukung juga dengan persoalan kelestarian alam yang makin mengemuka sehingga pewarnaan alami menjadi sesuatu yang tepat untuk para pengrajin batik nantinya.
Advertisement
Sementara itu, Etna Giyatna, Ketua Panitia GBN 2017 mengatakan, "Tiap tahun GBN punya tema berbeda, sekarang kami mengangkat pesona batik warna alam karena kami ingin mengangkat lagi pewarnaan alami sebagai kreasi dari batik."
Dahulu masyarakat yang membuat batik belum mengenal pewarna batik kimia, sehingga untuk mendapatkan warna yang mereka ingin kan harus mencari sumbernya ke alam. Ada beberapa tumbuhan yang sering dimanfaatkan adalah Kulit Pohon Mahoni, Duwet, Tingi, Jambal, hingga Daun Indigo.
“Semua warna wastra Indonesia kita dapatkan melalui warna alam. Warna-warnanya akan terlihat lembut ketika dikenakan sebagai pakaian. Inilah bukti keindahan serta luhurnya ilmu pembuatan batik yang harus kita lestarikan,” ungkap Nita Kenzo, peneliti warna batik alami.