Sukses

Misteri Datangnya Patung Bunda Maria Bersedih di Larantuka

Dari mana datangnya patung Bunda Maria bersedih yang menjadi sentral dalam ritual Semana Santa di Larantuka?

Liputan6.com, Larantuka Pada perayaan Jumat Agung, umat Katolik di Larantuka mengarak patung Tuan Ma. Prosesi ini merupakan rangkaian upacara Semana Santa atau pekan suci menjelang Paskah. Tuan Ma adalah patung Bunda Maria yang wajahnya tampak bersedih.

Kepercayaan terhadap Tuan Ma berawal pada lima abad silam. Menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Flores Timur, Petrus Pemang Liku, patung Bunda Maria bersedih itu ditemukan sekitar tahun 1510 oleh seorang warga bermama Resiona di pantai Larantuka.

Diduga, patung itu terdampar saat kapal Portugis atau Spanyol karam di Larantuka. Namun, saat itu warga Larantuka belum mengenal patung dan agama. Sehingga kala itu patung Bunda Maria dianggap sebagai barang keramat.

"Awalnya (patung itu) ditaruh di korke atau rumah adat suku Resiona," ujar Petrus di Larantuka, Minggu malam (16/4/2017).

Sejak saat itu, masyarakat Larantuka sudah melakukan devosi kepada Patung Tuan Ma setiap bulan Februari sebagai rasa syukur atas hasil panen dan tangkapan di laut.

Namun, pada perkembangannya, pada tahun 1561 misionaris dari Portugis datang. Mereka menyebarkan agama Katolik dan dimulai di Pulau Solor.

Salah seorang misionaris bernama Pastor Manuel de Kagas menjelaskan kepada raja-raja Larantuka, patung Tuan Ma yang mereka sembah adalah Bunda Maria. Dia memiliki seorang putra bernama Yesus dan dialah pembawa keselamatan.

Sejak itulah warga Larantuka meyakini agama Katolik. Kemudian pada 1650, Raja I Larantuka Ola Adobala dibaptis dan menyerahkan Kerajaan Larantuka kepada Bunda Maria. Setelah itu, putranya, Raja Don Gaspar I, pada 1665 mulai mengarak patung Maria keliling Larantuka.

Dalam perkembangannya, Raja Don Lorenzo I bersumpah kepada Maria atau Tuan Ma dengan memberi gelar tertinggi kepada Maria sebagai "Raja Orang Larantuka". Oleh karena itu, Larantuka juga disebut sebagai Kota Ratu atau Kota Maria dan dalam bahasa portugis disebut Kota Reinha.

Tuan Ma kemudian diyakini sebagai Bunda Maria milik orang Larantuka. Devosi kepada Maria menjadi sentral dalam hidup masyarakat Larantuka. Proses inkulturasi pun terjadi antara kepercayaan masyarakat lokal, ajaran gereja, dan tradisi yang dibawa Portugis.

2 dari 2 halaman

Bunda Maria Bersedih

Wajah patung Bunda Maria yang bersedih itu melambangkan perkabungan atau "Mater Dolorosa", karena menyaksikan penderitaan putranya, Yesus, yang wafat disalib di Bukit Golgota.

Patung Bunda Maria itu tampak menjulang dan anggun dengan mengenakan jubah berwarna biru. Seluruh tubuh patung Bunda Maria tertutup jubah. Namun satu tangannya yang tengah menengadah menjulur keluar.

Dalam prosesi Semana Santa yang dilaksanakan pada Jumat Agung yang jatuh pada Jumat, 14 April 2017, Patung Ma dan Patung Yesus yang sudah wafat diarak oleh ribuan orang dan diiringi lagu pujian dan doa.

"Ini sudah budaya yang mengakar, dan diturunkan dari generasi ke generasi," ujar Petrus.

Prosesi religius ini hanya satu-satunya di dunia dan telah berusia 517 tahun. Inilah yang menjadi daya pikat banyak peziarah Katolik yang datang ke Larantuka. Setiap tahun, perayaan ini menyedot 10 hingga 20 ribu wisatawan. Namun, puncaknya, pada tahun 2000 ada 40 ribu wisatawan yang hadir karena bertepatan dengan 5 abad Semana Santa.