Sukses

Dibawa Menjelajah Ibu Kota Lewat Jakarta Kita

Jakarta Kita menampilkan pameran tentang Kota Jakarta dengan sepetik filosofinya.

Liputan6.com, Jakarta Warga Ibu Kota Jakarta memang tinggal setiap hari di sana. Mungkin hampir setiap saat merasakan kemacetan dan polusi. Namun, di balik itu semua, Jakarta menyimpan sejarah yang luar biasa. Tata kotanya pun terdiri dari filosofi yang menarik untuk disimak.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan profesional muda mengadakan Jakarta Kita, sebuah pameran yang memperkenalkan filosofi Jakarta. Dimulai dari Bajaj oranye yang membangkitkan kenangan Jakarta di beberapa waktu lalu.

Getaran hingga warna oranye dari Bajaj begitu ikonik sehingga tak terlupakan. Bajaj pun berdiri manis di sebuah sudut Jakarta Kita yang diadakan di Jakarta Creative Hub di Graha Niaga Thamrin, Tanah Abang.

Bajaj juga dihiasi dari kain dan sejumlah kerajinan sulam yang dilakukan oleh ibu-ibu penghuni Rusun Besakih, Marunda, dan Pulogebang. Pameran akan berlangsung hingga 13 Mei 2017.

Jakarta Kita menampilkan pameran tentang Kota Jakarta dengan sepetik filosofinya.

Seng-seng bergelombang yang dipasangkan sepanjang lorong pameran. Seng ini menggambarkan pembangunan di Jakarta. Di area seng ditempeli poster-poster jaman dulu alias jadul untuk membangkitkan memori pengunjung.

Jakarta Kita menampilkan pameran tentang Kota Jakarta dengan sepetik filosofinya.

Kain Sejauh Mata Memandang, merek pakaian yang menjadi tandem profesional para ibu-ibu rusun dipasang dengan megahnya di setelah lorong area pameran. Kain bermotif Jembatan Semanggi yang berarti persatuan itu pun dibuat dalam sejumlah warna. 

Jakarta Kita menampilkan pameran tentang Kota Jakarta dengan sepetik filosofinya.

Oranye yang merupakan warna DKI Jakarta, kuning, merah, hijau, biru, hingga hitam. Chitra Subiyakto, sang desainer Sejauh Mata Memandang, memang mengambil inspirasi dari Jembatan Semanggi yang desain batik mengadaptasi dari daun semanggi hingga jalan raya di jembatan.

Jakarta Kita menampilkan pameran tentang Kota Jakarta dengan sepetik filosofinya.

 "Jembatan Semanggi itu punya filosofi yang keren. Presiden Soekarno dulu ingin menyatukan area Jakarta Timur, Utara, Barat, dan Selatan di titik yang tidak ada lampu merahnya, dibuat lah jembatan Semanggi," ucap Chitra di Jakarta, Senin (17/4/2017).

Jakarta Kita menampilkan pameran tentang Kota Jakarta dengan sepetik filosofinya.

Tak hanya itu ada pula lambang Jakarta lainnya seperti seragam pasukan oranye, hingga roti buaya. Instalasi berupa kumpulan sapu lidi menggambarkan persatuan layaknya daun semanggi.